Berita Terbaru

Buka Festival Nasi Bekepor, Arianto Tegaskan Pentingnya Pelestarian Budaya Kuliner Lokal Kukar Perangi Sampah Plastik: Tiga Tahun Komitmen Nyata DPU Kukar Akan Benahi Kawasan Pujasera Tenggarong
Kepala Desa Loa Lepu, Sumali

TENGGARONG – Langkah nyata Pemerintah Desa Loa Lepu, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, dalam meningkatkan layanan kesehatan bagi warganya akhirnya terwujud melalui peresmian gedung baru Pondok Bersalin Desa (Polindes), Senin, 14 April 2025.

Bangunan yang kini berdiri kokoh dan representatif ini menjadi simbol komitmen desa dalam menjawab kebutuhan dasar masyarakat akan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan berkualitas.

Pembangunan fasilitas tersebut bukan sekadar proyek infrastruktur biasa. Di baliknya, tersimpan semangat untuk menghadirkan layanan yang lebih dekat secara geografis dan emosional kepada warga desa, yang selama ini harus berjibaku dengan jarak tempuh jauh serta antrean panjang di pusat-pusat layanan kesehatan perkotaan.

Kepala Desa Loa Lepu, Sumali, menjelaskan bahwa pembangunan Polindes merupakan bagian dari strategi besar desa dalam memperkuat layanan publik, terutama di sektor kesehatan yang dianggap paling krusial dalam menopang kesejahteraan warga.

“Dengan hadirnya Polindes ini, kami ingin meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Kami mohon dukungan dari Dinas Kesehatan Kukar agar Polindes ini bisa dimaksimalkan, misalnya dengan menghadirkan dokter seminggu sekali karena ruangannya sudah sangat representatif,” ujar Sumali.

Selama ini, menurutnya, warga kerap kali dihadapkan pada persoalan keterbatasan akses. Tidak semua warga memiliki kendaraan pribadi, dan layanan kesehatan kerap kali terasa terlalu jauh dan tidak ramah bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, lansia, atau anak-anak. Polindes hadir untuk memangkas semua hambatan itu.

“Tujuan kami jelas, agar warga bisa mendapatkan layanan kesehatan lebih dekat dan cepat. Kalau pun harus dirujuk ke rumah sakit, maka pihak desa siap membantu proses pengantarannya,” katanya menegaskan.

Respon terhadap kehadiran fasilitas ini pun cukup antusias. Tidak menunggu lama, gedung Polindes langsung mulai beroperasi keesokan harinya, melayani masyarakat setiap hari dari pukul 08.00 hingga 17.00 Wita. Pemerintah desa juga memastikan bahwa pelayanan malam tetap tersedia, menjawab kebutuhan darurat yang bisa terjadi kapan saja.

Hal tersebut dimungkinkan karena bidan yang bertugas tinggal di rumah dinas yang menyatu langsung dengan gedung Polindes. Keberadaan tenaga medis yang menetap ini menjadi keunggulan tersendiri bagi Polindes Loa Lepu, memastikan bahwa kehadiran layanan tidak hanya bersifat formalitas jam kerja semata.

Saat ini, empat tenaga medis telah disiagakan, dua bidan dan dua perawat, untuk menggerakkan roda pelayanan. Namun Sumali menyadari bahwa keberadaan fasilitas fisik saja belum cukup. Tantangan terbesar adalah keterbatasan sumber daya manusia yang masih menjadi pekerjaan rumah bersama.

“Kami ingin menjadikan Polindes ini sebagai contoh sinergi antara Dinas Kesehatan Kukar dan pemerintah desa, sesuai arahan Bupati. Kami akan segera tindak lanjuti rencana kerja sama melalui MoU dengan Dinas Kesehatan,” ungkap Sumali.

Harapan besar digantungkan pada kolaborasi lintas sektor. Sumali meyakini bahwa dengan koordinasi yang solid antara pemerintah desa dan Dinas Kesehatan, serta dukungan dari stakeholder lainnya, Polindes Loa Lepu bisa menjadi model pelayanan kesehatan yang efektif dan berkelanjutan.

Lebih dari sekadar bangunan baru, Polindes ini diharapkan menjadi simbol perubahan cara pandang dalam memberikan pelayanan: yang tidak hanya mengobati, tetapi juga merawat dengan pendekatan yang lebih manusiawi.

“Jika fasilitas dan layanan Polindes berjalan optimal, maka masyarakat akan merasakan langsung dampaknya: kesehatan yang lebih terjangkau, cepat, dan manusiawi,” tutupnya. (adv/mat)