Berita Terbaru

Dispora Kukar Perkuat Regenerasi Pramuka Lewat Seleksi Berprestasi Panen Jagung Serentak di Desa Makarti, Wujud Nyata Kolaborasi Dukung Ketahanan Pangan Desa Batuah Resmi Menyandang Predikat “Desa Cantik”, Edi Damansyah Dorong Tata Kelola Pembangunan Berbasis Data

Tenggarong – PRESPEKTIF.INFO-Semangat kebersamaan dan penghormatan terhadap perjuangan masa lalu kembali terpancar dari Festival Cenil yang digelar di Desa Kota Bangun III, Kecamatan Kota Bangun Darat, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), pada Rabu (30/4/2025). Festival ini tidak sekadar ajang kuliner, tetapi juga merupakan simbol ketahanan dan identitas warga desa yang mayoritas merupakan keluarga transmigran.

Warnanya cerah, teksturnya kenyal, rasanya manis. Inilah cenil, jajanan tradisional yang mungkin sederhana, tapi punya cerita panjang dan penuh makna bagi warga Desa Kota Bangun III, Kecamatan Kota Bangun Darat, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

Cenil, jajanan kenyal berwarna-warni berbahan dasar singkong, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan sejarah desa yang telah berdiri selama 42 tahun. Festival ini sendiri telah diselenggarakan sebanyak enam kali, dan menjadi agenda tahunan dalam rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Desa Kota Bangun III.

“Cenil ini punya makna mendalam bagi warga kami. Dahulu, ketika tanah masih gersang dan sulit untuk bercocok tanam, singkong adalah satu-satunya yang bisa tumbuh. Dari situlah cenil lahir—hasil inovasi para leluhur kita,” ujar Kepala Desa Kota Bangun III, Lilik Hendrawanto.

Festival yang berlangsung meriah ini merupakan bentuk kolaborasi antara pemerintah desa dan warga, termasuk dari RT, sekolah, kelompok wanita tani (KWT), hingga puskesmas. Tahun ini, sebanyak 70 loyang cenil disiapkan secara mandiri dan disuguhkan gratis kepada masyarakat. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bagian dari Kukar Kaya Festival, agenda budaya tahunan Kabupaten Kukar.

Cenil kini bukan hanya makanan, tapi telah menjadi simbol perjuangan, ketekunan, dan kreativitas warga dalam membangun peradaban baru di tanah transmigrasi. Melalui festival ini, nilai-nilai tersebut terus ditanamkan kepada generasi muda.

“Kami berharap Festival Cenil bisa terus dilestarikan dan menjadi ikon budaya desa, sekaligus membuka peluang untuk promosi wisata lokal dan penguatan ekonomi warga,” tambah Lilik.

Pemerintah Desa Kota Bangun III menegaskan komitmennya menjadikan festival ini sebagai ruang edukasi, pelestarian budaya, sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan semangat gotong royong yang masih terjaga hingga kini, Festival Cenil menjadi bukti bahwa warisan leluhur dapat hidup berdampingan dengan semangat kemajuan zaman. Adv (Rl)