
Tenggarong –PERSPEKTIF.INFO- Semangat kebersamaan kembali digaungkan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) melalui gelaran Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) 2025. Kegiatan tahunan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi diharapkan menjadi energi kolektif untuk membangun desa dari akar budaya masyarakat: gotong royong.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar, Arianto, menegaskan bahwa gotong royong sudah lama menjadi identitas warga desa. BBGRM hadir untuk menghidupkan kembali semangat tersebut dalam bentuk yang lebih terencana dan terstruktur.
“Bukan hanya seremoni. Gotong royong adalah nilai hidup masyarakat kita, dan inilah yang ingin kita kuatkan terus setiap tahun,” ujarnya, Jumat (2/5/2025).
Sebagai bentuk dukungan nyata, Pemkab Kukar telah mengucurkan Rp50 juta ke setiap desa dan kelurahan. Dari dana itu, 15 persen dialokasikan khusus untuk kegiatan gotong royong. Aturan ini bukan sekadar administrasi, melainkan bentuk kepercayaan bahwa masyarakat adalah mitra utama dalam pembangunan.
BBGRM tingkat kabupaten sendiri akan dipusatkan di Kecamatan Kota Bangun pada 22 Mei 2025. Tim DPMD kini tengah menyisir desa dan kecamatan untuk melakukan sosialisasi sekaligus penilaian, melihat sejauh mana gotong royong masih hidup dalam keseharian warga.
Menariknya, tahun ini penilaian BBGRM tak hanya fokus pada pelaksanaan kegiatan, tetapi juga partisipasi aktif dan mandiri dari masyarakat. Misalnya, kegiatan bersih lingkungan yang dilakukan rutin setiap bulan oleh warga, lengkap dengan laporan dan dokumentasi, menjadi nilai tambah dalam evaluasi.
Lebih dari itu, DPMD juga menghitung kontribusi warga sebagai bentuk penghargaan. Tenaga kerja, konsumsi, hingga material yang disumbangkan masyarakat dalam kegiatan gotong royong akan dikonversi dalam bentuk nilai rupiah.
“Kalau ada warga yang kerja bakti tanpa dana desa, kita apresiasi. Tenaga dihitung Rp150 ribu per hari, konsumsi juga kita nilai. Semua itu bagian dari kontribusi pembangunan,” terang Arianto.
Melalui pendekatan ini, gotong royong tak lagi sekadar simbol atau kewajiban, melainkan strategi nyata membangun desa dengan efisien, murah, dan penuh rasa kebersamaan. Pemerintah tak bisa bekerja sendiri, dan BBGRM adalah panggung untuk merayakan kekuatan masyarakat dalam membangun desanya sendiri.
Dengan semangat kolektif ini, Kukar berharap bisa terus memperkuat desa sebagai fondasi kemajuan daerah, melalui nilai-nilai yang tumbuh dari masyarakat itu sendiri. Adv (RL)