Berita Terbaru

Kukar Perangi Sampah Plastik: Tiga Tahun Komitmen Nyata DPU Kukar Akan Benahi Kawasan Pujasera Tenggarong DPMD Kukar Jamin Transparansi dan Profesionalisme Rekrutmen Perangkat Desa
Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Alfrilian Noor (dua dari kiri) saat membuka acara dengan menabuh gendang.

TENGGARONG – Upaya pelestarian budaya lokal terus digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Salah satu langkah strategis yang kini tengah ditempuh adalah melalui ajang Pemilihan Duta Budaya Sadi Sengkaka 2025, yang diinisiasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar.

Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Alfrilian Noor, menyampaikan bahwa ajang ini tidak sekadar menjadi kegiatan rutin atau seremonial tahunan. Sebaliknya, pemilihan Duta Sadi Sengkaka merupakan bagian dari langkah besar Kukar dalam menciptakan generasi pelestari budaya yang memiliki komitmen kuat terhadap identitas lokal.

“Pemilihan ini bukan hanya soal siapa yang menang. Ini soal siapa yang akan membawa semangat budaya Kukar ke tingkat provinsi, bahkan nasional. Dua tahun lalu, kita buktikan bisa jadi juara nasional. Itu prestasi besar dan jadi motivasi kita bersama,” ujar Thauhid saat Sabtu (24/5/2025).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa gairah terhadap kebudayaan di Kukar, khususnya di kawasan Tenggarong, menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Sejak awal 2024, Pemerintah Kabupaten telah menetapkan kawasan eks Tanjong sebagai zona budaya yang secara bertahap berkembang menjadi pusat kebudayaan baru.

“Kami mulai revitalisasi dari depan Kedaton, lalu meluas ke eks Tanjong, hingga kini menyentuh kawasan Gunung Pendidikan. Ini bukan keputusan sepihak, tapi sudah ditandatangani bersama Bupati dan Sultan Kutai saat ajang Kaseh Sultan tahun lalu,” jelasnya.

Walau Peraturan Bupati (Perbup) tentang pengelolaan kawasan budaya tersebut masih dalam proses perumusan, Disdikbud telah lebih dulu menggulirkan sejumlah kegiatan. Tujuannya, agar kawasan tersebut tidak sekadar menjadi ruang kosong, melainkan hidup dan bernyawa sebagai pusat aktivitas budaya.

“Kami sudah minta agar tiap bulan ada kegiatan budaya di sana. Ini penting untuk menjaga ekosistem budaya tetap berjalan,” ungkap Thauhid.

Ia pun menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam menjaga kawasan tersebut. Terutama mereka yang tinggal di sepanjang koridor budaya dari Tanjong hingga titik nol Tenggarong. Menurutnya, kawasan ini mulai menarik perhatian tidak hanya warga lokal, tapi juga masyarakat dari luar daerah. “Setiap akhir pekan, pengunjung dari Samarinda dan sekitarnya datang menikmati suasana di sini. Maka dari itu, kita harus punya identitas budaya yang kuat dan jelas,” tegasnya.

Untuk itu, ajang Duta Budaya Sadi Sengkaka 2025 dirancang sebagai model seleksi yang transparan dan berkualitas. Thauhid memastikan bahwa proses seleksi dilakukan dengan menjunjung tinggi objektivitas.“Proses seleksi kali ini benar-benar bersih dan profesional. Ini bisa jadi role model pemilihan duta yang adil dan layak dicontoh,” tutupnya. (adv/mat)