Berita Terbaru

Meriah, Karnaval HUT ke-80 RI di Desa Bukit Pariaman Angkat Tema Budaya Nusantara Kukar Kibarkan Semangat Pahlawan di HUT ke-80 RI, Meski Gerimis Sempat Menyapa Pulau Kumala Bersolek: Waterboom Megah Siap Manjakan Wisatawan di 2026
Tim Global Green Growth Institute (GGGI) Jakarta saat memaparkan programnya terkait pembedayaan masyarakat dan pelindungan hutan mangrove

 TENGGARONG (SEPATIN) -Di antara rimbunnya akar mangrove yang menghujam lumpur, harapan baru tumbuh di Desa Sepatin, Kecamatan Anggana. Bukan sekadar harapan akan panen udang yang melimpah, tetapi juga harapan akan masa depan ekonomi yang berkelanjutan, selaras dengan alam. Di desa pesisir ini, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) tengah merajut kisah pemberdayaan, mendampingi para pelaku UMKM untuk mengembangkan usaha yang ramah lingkungan.

Dua hari (12-13 Juni 2025), Desa Sepatin menjadi “laboratorium” pemberdayaan. Para pelaku UMKM, terutama kaum perempuan, berkumpul untuk mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari DPMD Kukar, yang kali ini menggandeng tim Global Green Growth Institute (GGGI) dari Jakarta. Bukan tanpa alasan GGGI hadir. Lembaga internasional ini memiliki program Nature-Based Solutions for Climate Smart Livelihoods in Mangrove Landscapes (NASCLIM), yang berfokus pada pembangunan ekonomi berbasis perlindungan ekosistem mangrove.

Ahmad Irji, Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM) Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Ekonomi Desa, menjelaskan bahwa program ini bertujuan melindungi biota laut dan tumbuhan hayati, terutama mangrove, melalui pengembangan ekonomi desa.

“Pemberdayaan di Sepatin bukan sekadar memberikan pelatihan teknis, tetapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa kelestarian alam adalah investasi jangka panjang bagi masa depan ekonomi mereka. Kami ingin masyarakat Sepatin menjadi agen perubahan, yang tidak hanya memanfaatkan sumber daya alam, tetapi juga menjaganya agar tetap lestari untuk generasi mendatang,” – Ahmad Irji, Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM) Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Ekonomi Desa, menjelaskan filosofi pemberdayaan di Desa Sepatin.

Mengapa mangrove begitu penting? Bagi masyarakat Sepatin, mangrove bukan hanya sekadar tumbuhan. Ia adalah sumber kehidupan. Akar-akarnya menjadi rumah bagi ikan dan udang, yang menjadi tumpuan ekonomi keluarga. Jika mangrove rusak, maka mata pencaharian pun terancam. Lebih dari itu, mangrove juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, menyerap karbon dioksida, menghasilkan oksigen, dan melindungi wilayah pesisir dari abrasi dan bencana alam.

Melalui pendampingan ini, masyarakat Sepatin mulai memahami bahwa kelestarian alam bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga lingkungan, tetapi juga tanggung jawab mereka sebagai pelaku usaha. Mereka menyadari bahwa produksi kerupuk udang yang menjadi andalan desa, sangat bergantung pada hasil tangkapan laut yang sehat. Untuk itu, mereka harus menjaga ekosistem pantai dengan tidak merusak mangrove.

“Jika mangrove rusak, maka habitat ikan dan udang sebagai sumber ekonomi masyarakat akan ikut terancam,” jelas Irji, menggambarkan betapa eratnya hubungan antara alam dan ekonomi masyarakat Sepatin.

GGGI, dengan jaringan kerja yang luas di seluruh Indonesia, termasuk kantor aktif di Papua dan Kalimantan Timur, menjadi mitra strategis bagi DPMD Kukar. Kolaborasi ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dan lembaga internasional dalam mendukung usaha desa yang ramah lingkungan.

Desa Sepatin dipilih sebagai lokasi pelatihan karena memiliki kawasan mangrove yang sangat kaya. Selain itu, kegiatan serupa juga akan dilaksanakan di Desa Muara Pantuan, yang juga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Total peserta dari dua desa ini mencapai 50 orang, masing-masing 25 orang di setiap lokasi.

Kepala DPMD Kukar, Arianto, menegaskan dukungan penuh terhadap upaya pemberdayaan masyarakat, termasuk program CSR dan kegiatan yayasan yang fokus pada peningkatan kapasitas pelaku usaha desa. “Kami turut mendampingi agar kegiatan seperti ini berjalan maksimal, serta mendorong penguatan kelembagaan ekonomi desa seperti BUMDes dan koperasi ‘Desa Merah Putih’,” jelasnya.

Arianto berharap, pelatihan ini bisa memberikan dampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Dengan berkembangnya UMKM desa, diharapkan turut menekan angka kemiskinan di wilayah Kukar. “Kami ingin pelaku usaha yang sudah dibina ini bisa mandiri dan membawa perubahan ekonomi yang berkelanjutan,” pungkas Arianto.

Kisah pemberdayaan di Sepatin adalah kisah tentang bagaimana masyarakat lokal, dengan dukungan pemerintah dan lembaga internasional, mampu menjaga kelestarian alam sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Ini adalah model pembangunan yang berkelanjutan, yang patut dicontoh oleh desa-desa lain di Indonesia. Di Sepatin, mangrove bukan hanya sekadar hutan, tetapi juga harapan. (adv)