
TENGGARONG – Bagi sebagian anak, tahun ajaran baru adalah tentang seragam baru, buku beraroma tinta segar, dan tawa di ruang kelas.
Namun, bagi anak-anak dari keluarga miskin, yatim piatu, dan penyandang disabilitas, tahun ajaran baru kerap berarti kecemasan — takut tak bisa melanjutkan sekolah hanya karena urusan administrasi yang rumit.
Di sinilah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara hadir, mencoba menjemput asa sebelum harapan itu padam.
Melalui jalur afirmasi, pemerintah daerah memastikan setiap anak dari kelompok rentan memiliki pijakan yang sama untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP.
“Kadang masalahnya bukan kemauan belajar, tapi hal sederhana seperti tidak tahu harus daftar lewat mana,” tutur Emy Rosana Saleh, Plt. Kabid SMP Disdikbud Kukar, dengan nada prihatin.
“Tahun lalu, banyak anak afirmasi justru ikut jalur zonasi karena tidak paham. Padahal mereka berhak diprioritaskan.”
Kisah-kisah itu menjadi cermin dan pelajaran. Tahun ini, Disdikbud tidak ingin kejadian serupa terulang.
Melalui kerja sama dengan seluruh sekolah dasar di Kukar, pendataan anak-anak dari keluarga rentan kini dilakukan sejak dini. Nama-nama mereka telah dikumpulkan jauh sebelum masa pendaftaran dibuka, lalu dikirim ke sekolah-sekolah tujuan agar dapat segera difasilitasi.
Pendekatan ini membuat pihak sekolah lebih sigap — tidak lagi menunggu calon siswa datang membawa berkas, melainkan aktif mencocokkan data dan menjemput mereka yang berhak.
“Pendidikan yang adil tidak selalu tentang gedung megah atau alat belajar digital,” ujar Emy.
“Keadilan itu terasa saat negara hadir melindungi mereka yang paling membutuhkan.”
Dengan sistem yang semakin rapi, para orang tua kini bisa bernapas lega. Mereka tak perlu lagi kebingungan menghadapi proses pendaftaran yang rumit.
Jalur afirmasi telah dibangun sebagai jembatan dari harapan menuju kesempatan.
Emy percaya, perubahan kecil seperti ini dapat membawa dampak besar.
“Harapan kami sederhana: tak ada lagi anak di Kukar yang berhenti sekolah hanya karena ia lahir dari keluarga miskin atau berbeda kemampuan,” katanya menutup percakapan. (adv)