Berita Terbaru

Transformasi Layanan Desa! DPMD Kukar Pastikan Posyandu All-in-One Terdaftar Resmi di Kemendagri Anggaran Kembali “Normalalisasi” DPMD Kukar Gelar Lomba TTG 2025: Siap Cetak Inovator Desa Lewat Penilaian Terbuka PT Kutai Agro Jaya Sebut Lahan 305 Hektare Lahan di Kutai Kartanegara Dibeli Secara Sah

Tenggarong – Tahun 2015 bisa dibilang menjadi titik awal perjalanan ekonomi baru bagi warga Desa Kahala Ilir, Kecamatan Kenohan, Kutai Kartanegara. Saat itu, lahirlah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang kemudian menjadi motor penggerak kecil-kecilan bagi perputaran ekonomi masyarakat.

Awalnya, langkah BUMDes ini tidaklah mudah. Modal yang terbatas membuat usaha desa berjalan pelan. Namun sembilan hingga sepuluh tahun berselang, hasilnya mulai terlihat. Perlahan tapi pasti, BUMDes Kahala Ilir kini bisa menyumbang Pendapatan Asli Desa (PAD) sebesar Rp11 juta.

“Dari awal berdiri sampai sekarang, kita memang jalannya tidak besar, tapi ada hasilnya. Sekarang sudah Rp11 juta untuk PAD,” ujar Kepala Desa Kahala Ilir, Mahlan, saat ditemui, Kamis (10/7/2025).

Lalu, apa saja usaha yang dikelola? Ternyata sederhana, tapi sangat dekat dengan kebutuhan warga. BUMDes Kahala Ilir kini fokus pada dua unit usaha: distribusi gas elpiji (LPG) dan jasa pengangkutan hasil panen sawit. Bahkan, untuk mendukung petani sawit, BUMDes juga melayani jasa angkut minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Semua dilakukan dengan armada lokal yang tersedia di desa.

“Jadi bukan hanya LPG saja, tapi juga sawit dan minyaknya kita bantu angkut melalui BUMDes,” jelas Mahlan.

Perjalanan BUMDes ini tentu tidak berdiri sendiri. Di desa, ada juga Koperasi Merah Putih yang turut bergerak di bidang ekonomi. Meski begitu, Mahlan memastikan tidak ada persaingan atau rebutan lahan usaha. Keduanya punya peran berbeda.

“BUMDes itu jelas untuk menyumbang PAD. Kalau koperasi, lebih ke kepentingan anggota. Jadi tidak akan tumpang tindih, karena sudah ada koordinasinya,” tegasnya.

Ia menambahkan, pemerintah desa tidak bisa menyertakan modal resmi ke koperasi karena tidak ada kontribusi balik langsung ke PAD. Namun, koperasi tetap dipersilakan berkembang secara mandiri sebagai mitra ekonomi desa.

“BUMDes itu untuk desa, koperasi untuk kelompok atau anggota. Keduanya saling melengkapi,” pungkas Mahlan.

Satu dekade perjalanan memang belum panjang. Tapi dari modal kecil, keberanian, dan langkah perlahan, BUMDes Kahala Ilir berhasil menunjukkan bahwa desa bisa mandiri. Dan perjalanan ini, sepertinya baru saja dimulai. (adv)