Berita Terbaru

Perjuangan Haikal Pasca-Amputasi: Santri Ponpes Al Khoziny Itu Jalani Pemulihan Menunjang Kinerja Pemda, Satpol PP Kukar Dilatih Kombinasikan Ketegasan dan Negosiasi Massa “Dari Tenggarong ke Nusantara: Kukar Siapkan Arah Baru Pembangunan Berkelanjutan”
Bangga jadi bagian dari masa depan budaya lokal! Di ajang Pekan Kebudayaan Daerah Klatim 2025, Disdikbud Kukar menampilkan inovasi pelestarian budaya lewat stand bertema “Budaya Bertransformasi digital”. Dari lesong tradisional hingga layar interaktif – semua menyatu dalam satu pesan: Budaya hidup, karena kita menjaganya.

SAMARINDA — Di tengah gegap gempita Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) Kalimantan Timur 2025, aroma tradisi bercampur inovasi terasa kuat di salah satu sudut GOR Segiri. Di sana, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) menampilkan sesuatu yang tidak sekadar indah dipandang, tapi juga sarat pesan: budaya tak hanya dikenang, tapi harus terus hidup dan berkembang.

Bersama dua ikon warisan — gambus dan lesong — Kukar menghadirkan konsep pameran yang menggabungkan pengalaman fisik dan digital. Tidak sekadar alat musik dan perkakas tradisional, keduanya dipresentasikan sebagai simbol transisi budaya: dari akar masa lalu menuju era teknologi yang beradab.

“Gambus itu suara spiritualitas pesisir, sementara lesong adalah denyut kehidupan agraris. Keduanya merepresentasikan jiwa Kukar yang utuh — religius, pekerja keras, dan gotong royong,” tutur M. Saidar, Pamong Budaya Ahli Muda Disdikbud Kukar, saat ditemui di arena pameran, Senin (14/7/2025).

Pendekatan ini berhasil memikat pengunjung dan juri. Dari desain minimalis yang dipadukan dengan panel digital interaktif, hingga narasi visual tentang perjalanan budaya Kukar, semuanya dirancang untuk mengajak masyarakat merasa, memahami, dan terhubung dengan nilai-nilai lokal.

Hasilnya, Disdikbud Kukar berhasil meraih Juara III Stand Terbaik. Namun, menurut Saidar, penghargaan itu hanyalah permulaan dari perjalanan panjang menuju transformasi kebudayaan yang lebih inklusif.

“Tujuan kami bukan sekadar lomba, tapi memastikan warisan budaya ini relevan dengan masa depan. Karena jika generasi muda bisa mengenal gambus lewat video pendek atau memahami filosofi lesong lewat aplikasi edukatif — maka budaya itu tidak mati, ia berevolusi,” jelasnya.

Ke depan, Disdikbud Kukar tengah menyiapkan langkah strategis: digitalisasi warisan budaya takbenda, bekerja sama dengan komunitas kreatif, sekolah, dan platform media lokal. Langkah ini diharapkan membuka ruang bagi pelajar, seniman, dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menghidupkan kembali tradisi dengan bahasa zaman kini.

Dengan pendekatan futuristik dan semangat pelestarian yang kuat, kehadiran Kukar di PKD 2025 bukan sekadar representasi daerah — tapi sinyal masa depan: bahwa di tangan yang tepat, budaya bukan tinggalan masa lalu, melainkan kompas yang menuntun ke arah yang lebih maju. (adv)