Berita Terbaru

Muara Muntai Ilir Bentuk Kawasan Bebas Buta Huruf Hijaiyah Lewat GEMA Mengaji di Setiap RT Festival Batu Bumbun Jadi Panggung UMKM Muara Muntai Ilir Tumbuh dan Dikenal Luas Festival Batu Bumbun Dorong Ekonomi Warga dan Lestarikan Budaya Muara Muntai
Para guru PAUD se-Kukar antusias mengikuti pelatihan edukasi gizi yang digelar Disdikbud Kukar. Melalui kegiatan ini, mereka dibekali pemahaman untuk menjadi agen pencegahan stunting di lingkungan sekolah dan masyarakat.

TENGGARONG — Upaya menekan angka stunting di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) tidak hanya dilakukan melalui program kesehatan, tetapi juga melalui jalur pendidikan. Pemerintah daerah, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar, kini mendorong para guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi ujung tombak dalam penyebaran edukasi gizi seimbang kepada masyarakat.

Langkah ini diwujudkan lewat kegiatan Diklat Berjenjang Guru PAUD Berbasis Pencegahan Stunting, yang berlangsung di Samarinda selama empat hari, mulai 21 hingga 24 Juli 2025.
Pelatihan ini menghadirkan puluhan guru PAUD dari berbagai kecamatan di Kukar untuk memperkuat kapasitas mereka dalam memahami dan menangani potensi risiko stunting di lingkungan sekolah dan rumah tangga.

Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Afrilian Noor, yang membuka kegiatan tersebut, menegaskan bahwa peran guru tidak hanya terbatas pada pengajaran, tetapi juga menjadi agen perubahan sosial.
“Guru PAUD punya peran besar dalam membangun kesadaran gizi di masyarakat. Mereka berinteraksi langsung dengan anak dan orang tua, sehingga bisa menyampaikan pesan kesehatan dengan cara yang mudah dipahami,” ujarnya.

Menurut Thauhid, pendidikan gizi di usia dini menjadi langkah penting untuk membentuk generasi yang sehat dan cerdas. Ia menjelaskan bahwa periode emas tumbuh kembang anak—yakni 1.000 hari pertama kehidupan—merupakan fase paling krusial dalam menentukan kualitas sumber daya manusia di masa depan.
“Kalau gizi anak diabaikan di masa ini, dampaknya tidak hanya pada fisik, tapi juga pada kecerdasan dan kemampuan belajarnya,” tambahnya.

Selama pelatihan, peserta menerima materi dari para ahli gizi, praktisi kesehatan anak, dan pakar PAUD. Mereka belajar tentang cara mengenali gejala stunting, pola asuh sehat, hingga strategi penerapan edukasi gizi berbasis keluarga dan sekolah.
Selain teori, pelatihan juga disertai sesi praktik, simulasi penyuluhan kepada orang tua, dan penyusunan rencana aksi pencegahan stunting berbasis sekolah.

Antusiasme para guru terlihat dari semangat mereka mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Banyak di antara mereka berkomitmen untuk menularkan ilmu yang diperoleh kepada rekan guru lain serta kepada masyarakat di sekitar tempat tinggal.
“Pelatihan ini membuka wawasan kami. Kami jadi paham bahwa mencegah stunting bukan hanya tugas tenaga kesehatan, tapi juga tanggung jawab pendidik,” ujar salah satu peserta.

Thauhid berharap kegiatan ini dapat menjadi gerakan berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa pendidikan usia dini merupakan investasi jangka panjang dalam membangun generasi Kukar yang kuat, sehat, dan cerdas.
“Pencegahan stunting tidak bisa dilakukan sendiri. Peran guru, orang tua, dan pemerintah harus berjalan beriringan agar cita-cita mewujudkan generasi emas bisa tercapai,” pungkasnya.(adv)