
TENGGARONG – Di tengah hiruk-pikuk pembangunan yang terus berjalan di Kutai Kartanegara, masih ada kisah sederhana tentang perjuangan anak-anak di Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu. Setiap pagi, mereka melangkah menyusuri jalan tanah sempit, membawa semangat besar menuju sekolah yang berdiri di antara hamparan kebun dan perbukitan.
Sekolah itu adalah SDN 011 Loa Kulu, sebuah bangunan kayu tua yang telah menjadi saksi perjalanan pendidikan di wilayah pedesaan sejak awal 1980-an. Kini, usianya yang menua tampak dari dinding kayu yang mulai lapuk, atap yang bocor, serta tiang penyangga yang tak lagi kokoh. Namun di balik keterbatasan itu, kehidupan belajar tetap berjalan.
Plt Kepala Sekolah, Endang Siti Bunga, tidak pernah kehilangan semangat. Ia bercerita, setiap hari para guru berupaya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, meskipun fasilitas serba terbatas.
“Kami sudah menyampaikan kondisi sekolah kepada pemerintah daerah. Anak-anak di sini luar biasa, mereka tetap datang walau harus melewati jalan yang sulit. Kami berharap ada perhatian untuk rehabilitasi agar proses belajar bisa lebih aman dan nyaman,” ujarnya.
Endang juga menyoroti kebutuhan mendesak lain seperti perbaikan toilet, pagar sekolah, serta akses jalan menuju sekolah yang masih berupa tanah. Bagi mereka, semua itu bukan sekadar fasilitas fisik, melainkan bagian dari rasa aman dan layak yang seharusnya dimiliki setiap anak dalam menempuh pendidikan.
Kondisi SDN 011 Loa Kulu bukanlah satu-satunya tantangan yang dihadapi dunia pendidikan di Kukar. Menurut Kepala Bidang Pendidikan SD, Ahmad Nurkhalis, masih banyak sekolah dasar yang perlu perhatian serius, terutama yang telah berdiri sejak beberapa dekade lalu.
“Kami telah melakukan pendataan menyeluruh. Ada sekolah yang memang sudah harus direhabilitasi total, dan ada pula yang cukup dilakukan perbaikan sebagian. Kami menyusun skala prioritas agar penanganannya tepat dan berkeadilan,” jelasnya.
Disdikbud Kukar berkomitmen melaksanakan perbaikan infrastruktur pendidikan secara bertahap, disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Setiap langkah pembangunan diarahkan agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh siswa dan tenaga pendidik di lapangan.
“Pimpinan daerah juga memberi perhatian besar terhadap kondisi ini. Kunjungan kerja ke sejumlah sekolah menjadi dasar bagi kami untuk menentukan langkah prioritas pembangunan pendidikan di tahun-tahun mendatang,” tambah Nurkhalis.
Di tengah keterbatasan, semangat anak-anak SDN 011 Loa Kulu tetap menyala. Mereka belajar di ruang kelas sederhana, namun dengan tekad sebesar langit. Setiap huruf yang mereka tulis di papan tulis kayu adalah simbol dari harapan—bahwa pendidikan di pelosok Kukar tak akan dibiarkan redup.
Disdikbud Kukar berharap, dengan dukungan semua pihak, rehabilitasi sekolah dan perbaikan akses jalan dapat segera terwujud. Sebab pendidikan yang layak bukan hanya tentang bangunan yang kokoh, tetapi juga tentang menghadirkan rasa percaya bahwa setiap anak, di mana pun mereka berada, berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan bermimpi.
Dan di Desa Jembayan, di antara dinding kayu yang mulai menua, mimpi itu masih tumbuh—menunggu waktu untuk mekar dalam ruang belajar yang baru, lebih layak, lebih hangat, dan lebih bermakna. (adv)