Berita Terbaru

“Saat Guru Menjadi Murid: Kukar Siapkan Transformasi Pembelajaran Dasar yang Lebih Bermakna” Transformasi Layanan Desa! DPMD Kukar Pastikan Posyandu All-in-One Terdaftar Resmi di Kemendagri Anggaran Kembali “Normalalisasi” DPMD Kukar Gelar Lomba TTG 2025: Siap Cetak Inovator Desa Lewat Penilaian Terbuka

TENGGARONG-Makna filosofis mendalam dari setiap ritual adat menjadi inti dari penutupan Erau Adat Kutai 2025, yang ditandai dengan prosesi Belimbur di halaman Museum Mulawarman Tenggarong, Minggu (28/09/2025), dipimpin oleh Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Adji Muhammad Arifin, dan dihadiri oleh Bupati Kukar Aulia Rahman Basri yang menyampaikan pentingnya menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur.

Sebagai informasi prosesi belimbur ini dipimpin langsung oleh Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Adji Muhammad Arifin dan dihadiri langsung oleh Bupati Kukar, Aulia Rahman Basri, Wakil Bupati Kukar Rendi Solihin, jajaran Forkopimda Kukar.

Dalam sambutannya Aulia menyampaikan makna dan nilai filosofis dari ritual adat tersebut.

“Sebagaimana yang kami sampaikan tadi, ketika kita sudah melaksanakan kegiatan mengulur naga yang dilanjutkan dengan belimbur, itu menjadi penanda bahwa rangkaian Erau akan segera kita akhiri,” ujar Aulia dalam sambutannya.

Dikatakannya belimbur dilakukan dengan memercikkan air kepada sesama peserta. Air yang digunakan juga diambil dari prosesi khusus, yakni air tuli dari perairan Kutai Lama, tempat awal mula berdirinya Kerajaan Kutai Kartanegara.

Tidak lupa pada kesempatan itu dirinya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas terselenggaranya Erau tahun 2025 ini.

“Atas nama Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, kami menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya terhadap pelaksanaan Erau tahun 2025 ini,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa menjaga adat istiadat merupakan pondasi dalam membangun masyarakat.

 “Ketika kita menjunjung tinggi adat dan adab, kemudian disempurnakan dengan ilmu, insya Allah kita akan mampu membawa Kutai Kartanegara menuju puncak kemakmuran,” tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Kukar tersebut juga menekankan empat nilai utama yang bisa dipetik dari prosesi Erau, khususnya Belimbur.

Pertama, nilai kesakralan, yakni adanya tahapan-tahapan adat yang harus dijalani agar maknanya tetap terjaga.

Kedua, nilai kesucian, karena dipercikannya air belimbur diyakini dapat menyucikan diri dan mengembalikan manusia kepada kesucian sejati.

Ketiga, nilai  kesyukuran, sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Kukar atas terjaganya adat, limpahan nikmat, serta persatuan di daerah ini.

Dan yang terakhir, nilai kesabaran, sebab meski Belimbur berlangsung dengan penuh keriangan, seluruh prosesi tetap berjalan tertib, tanpa berlebihan, serta menghadirkan kebahagiaan bagi seluruh peserta.

“Semua dilakukan dengan sukacita, penuh kesabaran, dan membawa kebahagiaan bagi kita semua,” tutup Aulia. (adv)