Berita Terbaru

Delapan Warga Ditetapkan Tersangka, Pengacara Gunawan Turun Tangan secara Sukarela Digitalisasi Pelayanan Publik Permudah Urusan Administrasi Warga Loa Ulung Embung Muhuran Mulai Hasilkan Panen Melimpah, “Kami” Terkejut Ikan Mengumpul Ber-ton-ton
Ilustrasi: Bumdes Batuq saat melayani warga di unit usaha air isi ulang galon dan gas LPG. Melalui upaya sederhana namun berdampak besar ini, Bumdes Batuq di Kecamatan Muara Muntai, Kutai Kartanegara, berkomitmen menghadirkan akses air bersih yang mudah dijangkau sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi desa

KUTAI KARTANEGARA – Di tepian Sungai Mahakam, tepatnya di Desa Batuq, Kecamatan Muara Muntai, Kutai Kartanegara, geliat ekonomi baru mulai terasa. Bukan dari tambang, bukan pula dari pabrik besar—melainkan dari dua hal sederhana yang menjadi kebutuhan setiap rumah: air bersih dan gas LPG.

Sejak 2022, Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Batuq hadir sebagai motor penggerak ekonomi lokal. Melalui dua unit usaha—air isi ulang dan distribusi LPG—Bumdes ini perlahan menyalakan harapan baru bagi warganya.

“Air dan gas itu kebutuhan pokok. Kalau masyarakat harus keluar desa untuk mendapatkannya, tentu akan menyulitkan,” tutur Suwandi, Kepala Desa Batuq, dengan nada yakin. “Kami ingin warga bisa hidup lebih mudah, dan sekaligus membuka peluang ekonomi bagi desa, ujar Suwandi, Senin (3 November 2025).

Langkah itu bukan tanpa perhitungan. Bumdes Batuq dikelola dengan prinsip sinergi, bukan kompetisi. Sejak awal, pemerintah desa menetapkan agar kegiatan ekonomi ini tidak tumpang tindih dengan Koperasi Merah Putih yang sudah lebih dulu eksis di Batuq.

“Bumdes kami fokus pada usaha yang dekat dengan kebutuhan rumah tangga. Sedangkan Koperasi Merah Putih mengelola bidang jasa dan pembangunan, termasuk penyewaan alat berat,” jelas Suwandi. “Keduanya berjalan beriringan, saling melengkapi, bukan bersaing.”

Hasilnya mulai terlihat. Meski baru dua tahun berjalan, Bumdes Batuq telah mencatat pendapatan sekitar Rp10 juta pada tahun lalu. Angka yang mungkin tampak kecil di atas kertas, namun memiliki makna besar bagi masyarakat desa. Sebagian dari keuntungan tersebut bahkan telah dikembalikan untuk membiayai kegiatan pembangunan desa.

Lebih dari sekadar laba, keberadaan Bumdes ini menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa desa mampu mandiri. Kini, warga tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga bagian dari rantai ekonomi produktif di wilayahnya sendiri.

Bagi Suwandi dan jajaran pengurus Bumdes, perjalanan ini baru dimulai. “Kami ingin menjadikan Bumdes sebagai jantung ekonomi Batuq,” ujarnya penuh semangat. “Dari usaha air dan gas ini, kami belajar bahwa perubahan besar bisa lahir dari hal-hal sederhana, asalkan dikelola dengan niat dan gotong royong.”

Dari setiap tetes air isi ulang dan setiap nyala api biru LPG, Bumdes Batuq terus membuktikan bahwa kemandirian desa bukan sekadar cita-cita, melainkan kenyataan yang sedang tumbuh—perlahan tapi pasti. (adv)