Berita Terbaru

Delapan Warga Ditetapkan Tersangka, Pengacara Gunawan Turun Tangan secara Sukarela Digitalisasi Pelayanan Publik Permudah Urusan Administrasi Warga Loa Ulung Embung Muhuran Mulai Hasilkan Panen Melimpah, “Kami” Terkejut Ikan Mengumpul Ber-ton-ton
Melalui pengelolaan profesional, BUMDes Loa Duri Ilir tumbuh pesat dan menjadi simbol kebangkitan ekonomi desa di Kukar.

TENGGARONG – Pemerintah Desa Loa Duri Ilir, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), terus menunjukkan keseriusannya dalam membangun kemandirian ekonomi desa. Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dikelola secara profesional, desa ini menyiapkan langkah besar: mengejar target pendapatan kotor hingga Rp2 miliar pada tahun 2027.

Kepala Desa Loa Duri Ilir, Fakri Arsyad, mengatakan target tersebut lahir dari perencanaan matang dan perjalanan panjang penguatan ekonomi desa yang dimulai beberapa tahun terakhir. “Kami tidak sekadar bermimpi. Semua yang kami jalankan berbasis perencanaan, data, dan partisipasi warga. Jadi, target Rp2 miliar ini sangat mungkin tercapai,” ujarnya optimistis saat di temui (Rabu, 5 November 2025).

Fakri menuturkan, penguatan ekonomi desa dilakukan dengan pendekatan integrasi usaha berbasis potensi lokal, di mana setiap unit usaha yang dimiliki BUMDes saling berhubungan dan saling menguatkan. Model ini, menurutnya, menjadi kunci agar kegiatan ekonomi tidak berjalan parsial, melainkan berputar dalam satu ekosistem produktif yang memberi manfaat bagi masyarakat secara luas.

Kini, BUMDes Loa Duri Ilir telah berkembang menjadi salah satu badan usaha desa dengan pertumbuhan tercepat di Kukar. Pendapatan yang semula hanya mencapai sekitar Rp60 juta pada tahun 2023, kini meningkat pesat berkat ekspansi dan penguatan di berbagai sektor. Pada 2025, omzet bulanan BUMDes telah menembus angka Rp120 juta per bulan, atau setara dengan Rp1,4 miliar secara kotor per tahun.

Fakri menjelaskan, peningkatan ini ditopang oleh beragam unit usaha yang dijalankan secara simultan. Di antaranya, unit Telur Omega yang menjadi andalan utama karena permintaan pasarnya terus meningkat; peternakan kambing dan domba yang dikembangkan secara modern; serta unit wisata edukasi dan agrowisata yang menghadirkan pengalaman unik bagi pengunjung melalui kolam renang, wahana flying fox, dan kebun buah seperti salak serta jambu kristal.

“Semua sektor kami rancang agar saling terhubung. Limbah peternakan kami manfaatkan untuk pupuk kebun, hasil kebun kami jadikan daya tarik wisata, dan wisata kami manfaatkan untuk promosi produk-produk BUMDes. Sistemnya seperti miniatur ekonomi desa terpadu,” jelasnya.

Tak hanya soal bisnis, BUMDes Loa Duri Ilir juga menjaga prinsip transparansi dan pemerataan manfaat. Berdasarkan peraturan desa, hasil pendapatan dibagi dengan proporsi 60 persen untuk pengembangan modal usaha, 30 persen untuk Pendapatan Asli Desa (PADes), dan 10 persen untuk kegiatan sosial masyarakat. Pola ini memastikan bahwa keuntungan BUMDes tidak hanya menguntungkan lembaga, tetapi juga memberi dampak langsung bagi kesejahteraan warga.

Saat ini, lebih dari 30 warga lokal telah bekerja secara tetap di berbagai unit usaha BUMDes, mulai dari pengelolaan wisata hingga produksi telur dan peternakan. Selain itu, puluhan warga lainnya menjadi mitra usaha melalui sistem kemitraan yang memungkinkan mereka ikut memperoleh pendapatan tambahan dari kegiatan ekonomi desa.

“Kami ingin agar manfaat BUMDes bisa dirasakan seluas mungkin. Tidak hanya sebatas menghasilkan laba, tetapi juga membuka lapangan kerja, menciptakan kemandirian, dan mengurangi ketergantungan warga terhadap pekerjaan di luar desa,” tambah Fakri.

Pemerintah Desa Loa Duri Ilir pun berkomitmen untuk terus memperkuat kapasitas pengelolaan BUMDes melalui pelatihan manajemen, pembukuan digital, hingga kerja sama dengan lembaga eksternal. Langkah-langkah tersebut menjadi bagian dari strategi jangka panjang agar setiap unit usaha bisa terus tumbuh dan berdaya saing tinggi.

“Target Rp2 miliar bukanlah garis akhir, melainkan batu loncatan untuk menuju ekonomi desa yang benar-benar kuat. Kami ingin menjadikan Loa Duri Ilir sebagai contoh bagaimana desa bisa berdikari lewat kekuatan warganya sendiri,” tutup Fakri dengan penuh semangat.

Dengan semangat kolaborasi dan inovasi yang terus menyala, BUMDes Loa Duri Ilir kini menjadi simbol kebangkitan ekonomi desa di Kukar—menunjukkan bahwa desa bukan lagi sekadar penerima bantuan, tetapi penggerak ekonomi baru yang berdaya dan mandiri. (adv)