
TENGGARONG – Upaya mewujudkan generasi sehat dan cerdas tak bisa menunggu. Inilah komitmen Pemerintah Desa Loa Duri Ilir, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), yang kini aktif menggulirkan program edukasi gizi terpadu untuk memastikan setiap anak tumbuh tanpa kekurangan nutrisi.
Kepala Desa Loa Duri Ilir, Fakri Arsyad, menyebut bahwa program tersebut merupakan bentuk tanggung jawab moral pemerintah desa dalam menjaga masa depan anak-anak. Meskipun di wilayahnya tidak ditemukan kasus stunting, Fakri menegaskan pentingnya pencegahan sejak dini, karena masalah gizi bisa terjadi kapan saja jika tidak diawasi secara serius.
“Kami ingin memastikan tidak ada anak yang tertinggal tumbuh kembangnya hanya karena kekurangan gizi. Jadi bukan menunggu kasus muncul, tapi bertindak sebelum itu terjadi,” ujarnya.
Melalui kegiatan posyandu rutin setiap bulan, kader desa bersama tenaga kesehatan mencatat perkembangan berat dan tinggi badan anak-anak. Data tersebut menjadi dasar untuk menentukan siapa saja yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Anak-anak dengan berat badan di bawah garis normal langsung dimasukkan dalam program intervensi gizi, yang melibatkan pendampingan intensif selama 45 hari.
Dalam masa tersebut, pemerintah desa menyalurkan susu dan telur omega sebagai tambahan asupan harian. Namun, menurut Fakri, inti dari kegiatan ini bukan semata pada bantuan makanan, melainkan pada perubahan perilaku dan kesadaran orang tua.
“Kami kumpulkan orang tua, kami beri penjelasan tentang pentingnya gizi seimbang, bagaimana cara mengatur pola makan anak, dan apa saja sumber protein yang mudah dijangkau. Sebab, keberhasilan program ini tergantung pada pola asuh di rumah,” tuturnya.
Hasilnya cukup menggembirakan. Dari sekitar 57 anak yang sempat masuk dalam pemantauan gizi, hampir seluruhnya kini mengalami peningkatan berat badan secara signifikan setelah mendapatkan pendampingan dan asupan tambahan. “Mereka tidak masuk kategori stunting. Hanya kurang gizi, dan Alhamdulillah, setelah intervensi kondisinya kembali normal,” tambahnya.
Selain pemberian bantuan, Pemdes Loa Duri Ilir juga menempuh pendekatan kreatif untuk melibatkan para ibu rumah tangga muda. Melalui pelatihan masak sehat, para ibu diajarkan mengolah bahan pangan lokal menjadi menu menarik bagi anak-anak. Salah satunya adalah inovasi nugget ikan, solusi bagi anak yang sulit makan ikan.
“Kami ajarkan bagaimana memanfaatkan ikan dari hasil tangkapan warga menjadi makanan bergizi yang tetap disukai anak-anak. Jadi bukan hanya sehat, tapi juga ekonomis dan mudah dibuat di rumah,” terang Fakri.
Program edukasi gizi ini pun diintegrasikan dengan kegiatan BUMDes dan kelompok wanita tani, agar keberlanjutan program dapat terjaga. Kolaborasi ini memastikan bahwa pengadaan bahan pangan bergizi, seperti telur dan susu, dapat dipenuhi dari hasil usaha desa sendiri.
Menurut Fakri, sinergi antara pemerintah desa, tenaga kesehatan, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan. Ia menegaskan, pembangunan sumber daya manusia tidak kalah penting dari pembangunan fisik. “Jalan dan bangunan bisa dibuat kapan saja. Tapi membangun generasi sehat butuh waktu panjang dan kerja bersama,” katanya.
Kini, program “Anak Sehat Loa Duri Ilir” menjadi simbol baru semangat gotong royong warga dalam menjaga masa depan generasi muda. Pemerintah desa berharap langkah ini bisa menginspirasi desa lain di Kukar untuk bergerak serupa.
“Anak-anak ini adalah masa depan Loa Duri Ilir. Kami ingin mereka tumbuh kuat, cerdas, dan bahagia. Kalau gizinya terjaga, masa depannya juga terjaga,” pungkas Fakri penuh keyakinan. (adv)
