
TENGGARONG — BUMDes Margahayu, Kecamatan Loa Kulu, kini memegang peran strategis dalam memperkuat posisi para petani sawit dan karet di desa. Di tengah ketergantungan warga pada sektor perkebunan, BUMDes hadir sebagai lembaga yang diharapkan mampu menekan biaya usaha tani sekaligus meningkatkan nilai jual komoditas.
Sebagian besar masyarakat Margahayu bekerja di kebun karet dan sawit, menjadikan sektor tersebut sebagai tulang punggung ekonomi desa. Kondisi ini, menurut Kepala Desa Margahayu, Rusdi, harus ditopang dengan sistem yang mampu memberikan keuntungan lebih besar bagi petani.
“Lebih dari sepertiga warga hidup dari sawit dan karet. Kami tidak ingin petani hanya jadi pemasok bahan mentah tanpa posisi tawar. BUMDes kami siapkan menjadi penyangga mereka,” ujarnya, Kamis (6/11/2025).
Salah satu persoalan klasik petani Margahayu adalah tingginya biaya angkut serta harga jual yang sering berubah-ubah. Banyak petani harus membawa hasil panennya keluar desa, sehingga biaya operasional meningkat.
Menurut Rusdi, BUMDes tengah disiapkan untuk menjadi penampung hasil perkebunan langsung di desa. Dengan begitu, petani tak harus mengantar hasil ke tempat yang jauh dan harga jual bisa lebih stabil.
“Kalau BUMDes bisa menampung, biaya angkut berkurang dan petani dapat harga lebih baik,” jelasnya.
Untuk memperkuat rantai distribusi, pemerintah desa juga sedang menjajaki kerja sama dengan beberapa pabrik pengolahan di wilayah Palaran. Jika kerja sama tersebut terlaksana, BUMDes dapat berperan sebagai penghubung antara petani dan pabrik.
“BUMDes bukan hanya lembaga ekonomi, tapi penggerak usaha tani dari hulu hingga hilir,” kata Rusdi.
Dengan alur distribusi yang lebih efisien, diharapkan margin keuntungan petani meningkat dan proses penjualan lebih terukur.
Saat ini, ada 20 kelompok tani di Margahayu yang telah memiliki legalitas resmi. Sebagian besar petani kini mulai memperluas perkebunan sawit sebagai komoditas masa depan.
Bibit karet bantuan pemerintah yang diberikan beberapa tahun lalu pun sudah mulai berbuah hasil. Namun, tantangan berikutnya adalah bagaimana meningkatkan nilai tambah dari panen tersebut.
“Sekarang tinggal bagaimana hasil yang sudah baik ini bisa bernilai lebih tinggi,” ujar Rusdi.
Ia berharap dukungan pemerintah daerah dan perusahaan swasta untuk memberikan pelatihan pengolahan hasil perkebunan. Dengan kemampuan mengolah sendiri, petani bisa mendapatkan keuntungan yang lebih maksimal.
“Kalau petani bisa mengolah hasilnya, otomatis pendapatan naik. Itu tujuan kami: kemandirian ekonomi warga lewat BUMDes,” pungkasnya.
Dengan berbagai langkah tersebut, BUMDes Margahayu semakin kokoh sebagai mitra utama petani, sekaligus pendorong ekonomi desa dari sektor perkebunan. (adv)
