Berita Terbaru

Delapan Warga Ditetapkan Tersangka, Pengacara Gunawan Turun Tangan secara Sukarela Digitalisasi Pelayanan Publik Permudah Urusan Administrasi Warga Loa Ulung Embung Muhuran Mulai Hasilkan Panen Melimpah, “Kami” Terkejut Ikan Mengumpul Ber-ton-ton
Ilustrasi: Tanaman kunyit hitam mulai dikembangkan sebagai komoditas herbal andalan Desa Purwajaya.

TENGGARONG – Pemerintah Desa Purwajaya, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, terus mendorong lahirnya produk unggulan yang mampu menggerakkan ekonomi warga. Tahun ini, kunyit hitam dipilih sebagai komoditas prioritas untuk dikembangkan menjadi produk herbal bernilai tambah tinggi.

Kepala Desa Purwajaya, Adi Sucipto, menjelaskan bahwa inovasi pengolahan kunyit hitam yang dilakukan kelompok Dasawisma Anggrek telah memasuki tahap baru. Produk herbal berupa kapsul yang mereka rintis berhasil diperkenalkan di sebuah forum pengembangan produk lokal di Tabanan, Bali.

“Ini pembuktian bahwa kreativitas perempuan desa bisa menjangkau pasar lebih luas. Kehadiran produk ini di Bali menjadi momentum penting bagi kita,” ungkap Adi, Kamis (6/11/2025).

Perkenalan produk tersebut tidak hanya menarik perhatian peserta kegiatan, tetapi juga lembaga pendidikan tinggi. Sejumlah perwakilan akademisi—termasuk pimpinan salah satu universitas di Bali—menyempatkan diri melihat langsung proses pengolahan serta konsep pemberdayaan yang diusung Purwajaya.

Menurut Adi, perhatian tersebut menjadi sinyal bahwa produk herbal berbahan lokal memiliki potensi besar bila dikelola secara profesional.

Selain fokus pada pengolahan kunyit hitam, PKK Desa Purwajaya saat ini tengah menjalankan program gerakan tanam cabai dan apotek hidup di pekarangan warga. Program ini bertujuan memperkuat ketahanan keluarga sembari membuka peluang ekonomi baru bagi perempuan desa.

“Semua hasil produksi dikelola oleh kelompok-kelompok perempuan. Kami ingin memastikan ibu-ibu tidak hanya terlibat, tetapi juga mendapat manfaat ekonomi yang nyata,” jelasnya.

Melihat antusias masyarakat, Pemdes Purwajaya merencanakan perluasan budidaya kunyit hitam melalui wadah Kelompok Wanita Tani (KWT). Langkah ini diharapkan meningkatkan kapasitas produksi sekaligus menambah peluang kerja berbasis desa.

Adi menegaskan, pemerintah daerah turut memberikan dukungan berupa bantuan bibit, pendampingan teknis, hingga fasilitas promosi. Sinergi tersebut membuat Purwajaya semakin percaya diri memasuki pasar herbal nasional.

“Kami ingin produk lokal yang dihasilkan perempuan desa bisa bersaing dan memiliki daya tawar. Dengan kolaborasi, semuanya mungkin,” tegasnya.

Pemdes Purwajaya optimistis bahwa keberhasilan ini dapat menginspirasi desa-desa lain di Kukar untuk mengembangkan potensi herbal khas daerahnya. Selain memperkuat identitas desa, langkah ini diyakini mampu membuka jalan menuju kemandirian ekonomi berbasis komunitas.

“Purwajaya ingin menunjukkan bahwa sumber daya alam dan kreativitas perempuan desa mampu mengangkat nama kampung di tingkat nasional,” tutup Adi. (adv)