
TENGGARONG – Pemerintah Desa Purwajaya, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, terus memperkuat program pemberdayaan perempuan melalui inovasi produk berbasis tanaman lokal. Salah satu terobosan terbaru adalah pengembangan kapsul herbal kunyit hitam yang kini mulai dikenal di luar daerah.
Kepala Desa Purwajaya, Adi Sucipto, menjelaskan bahwa produk tersebut diracik dan dikemas oleh kelompok Dasawisma Anggrek. Pada awal November, produk herbal tersebut dibawa ke sebuah ajang promosi di Tabanan, Bali, sebagai bagian dari upaya memperkenalkan brand desa.
“Purwajaya ingin hadir dengan identitas produk yang kuat. Kerja keras ibu-ibu Dasawisma mulai menunjukkan hasil, dan Bali menjadi pintu awal pengenalan produk kami,” ujar Adi.
Kehadiran Purwajaya dalam kegiatan tersebut ternyata menarik perhatian peserta, termasuk tokoh akademik dari salah satu universitas ternama di Bali yang secara khusus meninjau proses penjelasan produk. Menurut Adi, hal ini memperlihatkan bahwa komoditas desa bisa memiliki daya pikat bila dikelola dengan baik.
Pemerintah desa juga mendorong PKK untuk terus memperkuat keterampilan perempuan melalui program tanam cabai dan apotek hidup. Kegiatan tersebut tidak hanya memanfaatkan pekarangan warga, tetapi juga menjadi sumber ekonomi tambahan bagi keluarga.
“Ibu-ibu mengelola semuanya, mulai dari tanam, panen, hingga pengolahan produk turunan. Kami ingin memastikan perempuan mendapat peluang ekonomi yang lebih luas,” jelas Adi.
Mengikuti perkembangan yang cukup positif, Pemdes Purwajaya berencana memperluas budidaya kunyit hitam bersama Kelompok Wanita Tani (KWT). Program tersebut diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan bahan baku dan membuka lapangan kerja bagi perempuan muda desa.
Adi menuturkan bahwa dukungan dari pemerintah daerah—mulai dari penyediaan bibit hingga pendampingan teknis—menjadi faktor penting dalam mempercepat perkembangan program herbal desa.
“Sinergi antarinstansi dan partisipasi masyarakat adalah kunci utama. Selama kita berjalan bersama, produk lokal akan punya tempat dalam pasar nasional,” tandasnya.
Pemdes Purwajaya berharap keberhasilan awal ini dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengembangkan potensi tanaman herbal khas Kalimantan. Selain menambah pendapatan warga, inovasi ini dinilai mampu memperkuat citra Purwajaya sebagai desa yang aktif berinovasi.
“Purwajaya ingin menunjukkan bahwa kreativitas perempuan desa mampu mengangkat nama kampung dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas,” tutup Adi. (adv)
