Berita Terbaru

“Saat Guru Menjadi Murid: Kukar Siapkan Transformasi Pembelajaran Dasar yang Lebih Bermakna” Transformasi Layanan Desa! DPMD Kukar Pastikan Posyandu All-in-One Terdaftar Resmi di Kemendagri Anggaran Kembali “Normalalisasi” DPMD Kukar Gelar Lomba TTG 2025: Siap Cetak Inovator Desa Lewat Penilaian Terbuka

TENGGARONG, Pespektif.info – Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menggelar Workshop Penyusunan Modul Pembelajaran Bahasa Daerah yang diikuti oleh 50 guru SD dari 18 kecamatan. Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Grand Fatma, Tenggarong, pada Senin (14/7/2025) ini merupakan langkah awal dalam penyusunan dokumen Rencana Awal Penyusunan (DRAP Modul).

Nur Aini, selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, meresmikan pembukaan acara tersebut. Analis Kebijakan Ahli Muda di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar ini menyoroti betapa krusialnya peran serta aktif seluruh peserta dalam mewujudkan DRAP Modul yang bermutu.

Kegiatan ini bukan hanya sekadar formalitas. Tujuan terpentingnya adalah menghasilkan DRAP Modul yang akan mendapatkan bimbingan langsung dari narasumber dan penyempurnaan dari tenaga ahli Balai Bahasa,” ujar Nur Aini

Meski sempat mengalami keterlambatan akibat jarak tempuh sebagian peserta, semangat untuk memulai workshop tetap terjaga.

Selama workshop, peserta akan mendapatkan pendampingan dari narasumber dan ahli dalam merancang kerangka modul pembelajaran Bahasa Kutai yang akan digunakan di 475 SD di seluruh Kukar.

Nur Aini menambahkan, kegiatan ini merupakan wujud keseriusan Disdikbud Kukar dalam menyediakan bahan ajar bahasa daerah yang kontekstual dan relevan dengan karakter lokal.

“Ini menyangkut masa depan pembelajaran Bahasa Kutai. Kami berharap hasil workshop ini menjadi rujukan utama bagi para guru SD,” tegasnya.

Peserta workshop juga diarahkan untuk memasukkan muatan lokal dalam DRAP yang disusun, sehingga modul tidak hanya mengajarkan bahasa, tetapi juga nilai-nilai budaya yang menyertainya.

Disdikbud Kukar berharap proses penyusunan modul ini dapat berjalan efektif dan menghasilkan dokumen yang siap difinalisasi menjadi modul resmi.

“Kami ingin menegaskan bahwa workshop ini harus menghasilkan output yang jelas. Jangan setengah-setengah, karena modul ini akan digunakan oleh banyak guru,” pungkas Nur Aini. (adv)