
TENGGARONG – Komitmen kuat warga Desa Muara Wis, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, dalam menekan angka stunting akhirnya menuai hasil. Desa yang berada di wilayah pedalaman Sungai Mahakam itu terpilih mewakili Kalimantan Timur dalam lomba Desa Berkinerja Baik pada Konvergensi Penurunan Stunting Tahun 2025.
Pencapaian ini bukan sekadar prestasi administratif, melainkan gambaran nyata kerja bersama antara pemerintah desa, pendamping, dan masyarakat yang bersatu mengatasi masalah gizi kronis.
Kepastian itu disampaikan perwakilan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Nofyan, ketika melakukan verifikasi lapangan di kantor desa setempat pada Kamis, 21 Agustus 2025.
“Selamat kepada Desa Muara Wis. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan Pendamping Desa dan semua pihak dalam penanganan stunting,” kata Nofyan.
Ia menjelaskan, proses verifikasi yang dilakukan tim kementerian tidak hanya terbatas pada peninjauan langsung, melainkan juga mencakup pemeriksaan dokumen resmi dan sesi tanya jawab bersama Forum Komunikasi Pimpinan Masyarakat serta unsur desa terkait.
Prosedur ini dianggap penting untuk menjamin akuntabilitas program sekaligus memastikan langkah yang ditempuh desa benar-benar terukur.
“Verifikasi ini menjadi poin utama penilaian agar tercapai Desa Bebas Stunting,” ujar Nofyan menambahkan.
Seleksi untuk lomba ini sebelumnya telah dilakukan pada Juli lalu melalui pertemuan daring. Dari ratusan desa yang mengikuti, Kemendes PDTT menetapkan 15 desa terbaik secara nasional. Desa Muara Wis masuk dalam lima besar wilayah regional tengah, menjadikannya sebagai salah satu contoh keberhasilan dalam strategi percepatan penurunan stunting.
Tahap akhir berupa verifikasi lapangan akan menentukan desa yang berhak menerima penghargaan, yang dijadwalkan diserahkan Wakil Presiden di Istana Negara pada awal September.
Camat Muara Wis, Fadhli Annur, menyebut capaian ini sangat berarti bagi daerahnya. Ia menuturkan, Kecamatan Muara Wis yang terdiri dari tujuh desa, selama ini masih menjadi lokus dengan angka stunting cukup tinggi di Kutai Kartanegara.
Bahkan, sejumlah balita pernah harus dirujuk ke RSUD AM Parikesit Tenggarong karena mengalami kondisi gizi kronis.
“Kami berharap angka kejadian stunting di Kecamatan Muara Wis bisa menjadi zero. Melalui PKK dan kader Posyandu kita tingkatkan kerja sama,” ujar Fadhli.
Untuk memperkuat penanganan, Fadhli bersama sekretaris camat dan kepala UPT pendidikan mengambil peran sebagai Bapak dan Bunda Asuh bagi balita rentan gizi buruk. Skema ini diharapkan mampu memberikan perhatian dan pendampingan lebih dekat kepada anak-anak yang masuk kategori rawan stunting.
Kepala Desa Muara Wis, Kasmir, juga menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada desanya. Ia menilai keberhasilan tersebut bukan hanya milik Muara Wis, tetapi juga kebanggaan bagi Kutai Kartanegara secara keseluruhan.
“Alhamdulillah, berkat dukungan semua pihak kami bisa sampai di tahap ini. Desa Muara Wis memiliki 608 KK, dan hari ini kami merasa bangga dengan hadirnya langsung pihak Kementerian PDTT RI untuk melihat kondisi desa kami,” ucap Kasmir. (mti/adv)