
TENGGARONG — Pagi itu, halaman SMP Negeri 3 Tenggarong tampak sedikit berbeda. Di sudut lapangan, beberapa siswa sibuk memilah botol plastik, sementara lainnya menimbang tumpukan kertas bekas di atas timbangan sederhana. Di wajah mereka, ada semangat yang mungkin tak terlihat di ruang kelas — semangat untuk menjaga bumi.
Gerakan kecil itu ternyata menjadi bagian dari perubahan besar yang kini tengah tumbuh di sekolah-sekolah Kutai Kartanegara (Kukar). Melalui dukungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar, sekolah didorong untuk melahirkan inovasi hijau, seperti bank sampah, pengolahan limbah organik, hingga jurnal kebiasaan baik.
“Anak-anak belajar disiplin dari hal sederhana — seperti membuang sampah pada tempatnya, memilah plastik, dan mencatat kebiasaan baik setiap hari. Dari situ muncul kepedulian,” tutur Emy Rosana Saleh, Plt Kepala Bidang Pembinaan SMP Disdikbud Kukar, saat ditemui di Tenggarong, Rabu (18/9/2025).
Bagi Emy, menjaga lingkungan bukan hanya urusan kebersihan, melainkan pendidikan karakter. Karena dari kebiasaan kecil itulah nilai-nilai tanggung jawab, kerja sama, dan cinta alam mulai tumbuh.
Salah satu contoh nyata datang dari SMPN 3 Tenggarong, yang menjalin kerja sama dengan Bank Sampah Mangkurawang. Setiap minggu, mereka mampu mengumpulkan rata-rata 42 kilogram plastik. Hasilnya bukan sekadar timbunan botol, melainkan pelajaran hidup tentang bagaimana limbah bisa punya nilai jika dikelola dengan bijak.
Tak kalah inspiratif, SMPN 6 Tenggarong juga menempuh jalur serupa lewat program Adiwiyata. Di sana, para siswa belajar mengolah sampah organik menjadi asam amino, produk bernilai ekonomis yang dihasilkan dari dapur sederhana milik sekolah.
Program seperti ini, kata Emy, tidak seragam antara satu sekolah dan lainnya. Justru di sanalah letak keindahannya — setiap sekolah bebas berkreasi sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing.
“Yang penting konsisten. Kalau peduli lingkungan dibiasakan sejak SMP, rasa tanggung jawab itu akan mereka bawa sampai dewasa,” ujarnya.
Disdikbud Kukar sendiri telah mengarahkan agar sejak masa Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), siswa diperkenalkan dengan jurnal kebiasaan baik — semacam catatan refleksi harian berisi aksi kecil ramah lingkungan. Mulai dari membawa botol minum sendiri, menanam pohon, hingga mematikan lampu sebelum pulang sekolah.
Gerakan hijau di sekolah-sekolah Kukar mungkin masih sederhana. Namun dari tangan-tangan kecil yang memilah plastik itu, tumbuh kesadaran besar bahwa bumi bukan sekadar tempat tinggal — melainkan warisan yang harus dijaga bersama. Dan dari ruang kelas yang bersih itulah, generasi masa depan belajar menjadi manusia yang peduli, bukan karena disuruh, tapi karena terbiasa. (adv)