Berita Terbaru

Transformasi Layanan Desa! DPMD Kukar Pastikan Posyandu All-in-One Terdaftar Resmi di Kemendagri Anggaran Kembali “Normalalisasi” DPMD Kukar Gelar Lomba TTG 2025: Siap Cetak Inovator Desa Lewat Penilaian Terbuka PT Kutai Agro Jaya Sebut Lahan 305 Hektare Lahan di Kutai Kartanegara Dibeli Secara Sah
Di ruang kerjanya yang sederhana Kepala Bidang SD Disdikbud kukar, Ahmad Nurkhalis berbicara tentang perubahan besar di dunia pendidikan dasar.. “Transformasi digital bukan sekedar soal teknologi, tetapi tentang kesiapan guru untuk terus belajar, “ujarnya tenang.

Tenggarong – Suasana ruang pelatihan di Tenggarong terasa berbeda. Di antara deretan laptop dan layar yang menyala, puluhan guru sekolah dasar sibuk mencoba baris-baris kode sederhana. Wajah-wajah yang biasanya terbiasa dengan buku tulis kini tertantang memecahkan logika pemrograman.

Inilah wajah baru dunia pendidikan dasar di Kutai Kartanegara (Kukar).
Sebanyak 99 guru SD mengikuti pelatihan koding dan kecerdasan buatan (AI) yang digelar oleh Ditjen PAUD Dikdasmen Kementerian Pendidikan, bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar.

Program ini bukan sekadar mengajarkan teknologi. Lebih dari itu, ia menjadi pintu masuk bagi para pendidik untuk menata ulang cara mereka memahami proses belajar-mengajar di era digital.

Melalui pendanaan Dana BOSP Kinerja dan Reguler, kegiatan dilakukan secara hibrida — gabungan antara tatap muka di beberapa titik prioritas dan daring bagi sekolah di daerah lain.
Setiap peserta dibimbing untuk memahami logika dasar pemrograman, mengenali potensi AI dalam pembelajaran, hingga menerjemahkannya ke dalam kurikulum tematik yang lebih kontekstual.

“Teknologi tidak akan menggantikan guru, tapi guru yang memahami teknologi akan menjadi lebih bermakna,” ujar Ahmad Nurkhalis, Kepala Bidang Pendidikan SD Disdikbud Kukar, yang memantau langsung jalannya kegiatan.

Menurutnya, langkah ini penting agar para guru di Kukar tidak hanya menjadi pengguna, tapi juga pencipta ruang belajar digital yang adaptif dan relevan.
Ia menyebut, semangat transformasi digital di tingkat dasar adalah bagian dari investasi jangka panjang untuk menyiapkan generasi muda yang melek teknologi sejak dini.

Yang menarik, setiap peserta pelatihan memiliki tanggung jawab moral untuk menularkan ilmunya kepada guru lain di sekolah masing-masing. Dengan cara ini, efek domino pembelajaran digital akan menjangkau hingga pelosok desa.

Selain mengasah keterampilan teknis, pelatihan juga menumbuhkan semangat kolaboratif. Forum komunitas guru berbasis teknologi kini mulai terbentuk, menjadi wadah berbagi praktik baik dan ide-ide baru yang lahir dari pengalaman langsung di kelas.

“Kompetensi digital bukan lagi tambahan. Ini sudah menjadi bagian dari identitas guru masa kini,” kata Nurkhalis menegaskan.

Bagi para guru yang ikut, pelatihan ini bukan sekadar program kerja, tapi pengalaman yang membuka cakrawala baru — bahwa belajar bisa datang dari mana saja, bahkan dari baris-baris kode yang mengajarkan kesabaran dan logika berpikir. (adv)