Berita Terbaru

Transformasi Layanan Desa! DPMD Kukar Pastikan Posyandu All-in-One Terdaftar Resmi di Kemendagri Anggaran Kembali “Normalalisasi” DPMD Kukar Gelar Lomba TTG 2025: Siap Cetak Inovator Desa Lewat Penilaian Terbuka PT Kutai Agro Jaya Sebut Lahan 305 Hektare Lahan di Kutai Kartanegara Dibeli Secara Sah
Peserta Gala Siswa Indonesia (GSI) 2025 di Stadion Aji Imbut, Tenggarong: Senyum lebar mereka bukan sekedar tanda kemenangan, tapi simbol semangat anak-anak Kukar yang berani bermimpi lewat sepak bola.

TENGGARONG – Udara pagi di Stadion Aji Imbut terasa berbeda. Suara peluit wasit bersahutan dengan teriakan semangat dari tepi lapangan. Seragam sekolah diganti dengan jersey warna-warni; sepatu bola menendang tanah, bukan lagi menginjak ubin kelas.

Di tengah terik yang kian meninggi, ratusan siswa SMP dari berbagai penjuru Kutai Kartanegara bermain bukan hanya untuk menang—tetapi untuk membuktikan bahwa mimpi bisa tumbuh dari lapangan hijau.

Ajang Gala Siswa Indonesia (GSI) 2025 tingkat kabupaten kembali menjadi ruang bagi mereka menyalurkan bakat, sekaligus belajar tentang arti perjuangan dan kebersamaan. Tahun ini, sepuluh kecamatan ikut berpartisipasi. Meski belum semua wilayah dapat mengirimkan tim, semangat kompetisi tetap menyala.

“GSI bukan sekadar pertandingan sepak bola. Ini adalah ruang pembelajaran yang sangat nyata bagi anak-anak kita,” ujar Joko Sampurno, Plt Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar, di sela kegiatan, Kamis (10/7/2025).

Menurutnya, sepak bola memiliki kekuatan untuk membentuk karakter. Dari lapangan, para siswa belajar tentang strategi, disiplin, dan sportivitas — nilai-nilai yang sama pentingnya dengan pelajaran di kelas.

“Kami ingin anak-anak Kukar tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan percaya diri. Siapa pun bisa menjadi bintang, asal diberi kesempatan,” tutur Joko.

GSI tahun ini juga menjadi momentum untuk menemukan talenta muda yang dapat dibina menuju level lebih tinggi, dari provinsi hingga nasional. Namun, Joko menegaskan bahwa perjalanan tidak berhenti di podium juara.

“Yang lebih penting dari hasil akhir adalah prosesnya. Anak-anak harus merasakan bahwa usaha dan kerja sama adalah hal yang membuat mereka kuat,” tambahnya.

Dinas Pendidikan Kukar berkomitmen menjadikan ajang ini sebagai bagian dari pembinaan berkelanjutan. Para pelatih dan guru olahraga di sekolah diminta terus mendampingi bibit-bibit potensial agar tak berhenti di satu musim kompetisi.

Bagi sebagian siswa, GSI mungkin hanyalah turnamen sekolah. Tapi bagi yang lain, ini adalah panggung kecil yang menyalakan mimpi besar — mimpi untuk membawa nama Kukar ke level yang lebih tinggi.

Di penghujung laga, peluit panjang berbunyi. Beberapa anak bersorak gembira, sebagian lain menunduk kecewa. Namun dari semuanya, ada satu hal yang sama: mereka belajar tentang arti berjuang bersama.

Karena di balik setiap tendangan dan peluh yang jatuh, tersimpan harapan baru — bahwa dari lapangan-lapangan sekolah di Kukar, masa depan sepak bola Indonesia bisa lahir. (adv)