
Tenggarong – Suatu pagi di Hotel Grand Fatma, Tenggarong, suasana berbeda terasa di ruang pertemuan. Puluhan guru sekolah dasar dari penjuru Kutai Kartanegara berkumpul bukan sekadar menghadiri pelatihan biasa, melainkan menulis sejarah baru bagi bahasa ibu mereka — Bahasa Kutai.
Mereka datang dari 18 kecamatan, membawa semangat dan tanggung jawab besar: menyusun Draft Rencana Awal Penyusunan Modul (DRAP) Bahasa Kutai. Kelak, modul inilah yang akan menjadi panduan resmi pembelajaran di lebih dari 475 SD di Kukar.
Langkah ini menjadi sinyal bahwa pelestarian bahasa daerah kini tak lagi sekadar wacana, tapi sudah memasuki fase strategis — terukur, terencana, dan berbasis pendidikan modern.
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, Nur Aini, menyebutkan bahwa kegiatan ini adalah investasi jangka panjang dalam bentuk literasi budaya.
“Kami tidak ingin sekadar membuat dokumen pelengkap. Modul ini adalah jembatan yang menghubungkan generasi masa depan dengan akar bahasanya sendiri,” ujarnya.
Workshop yang difasilitasi oleh Balai Bahasa tersebut mengusung pendekatan futuristik: modul disusun dengan menyesuaikan konteks lokal, dialek khas per kecamatan, serta nilai-nilai kearifan yang tumbuh di masyarakat Kutai. Setiap peserta diajak berpikir kreatif tentang bagaimana bahasa tradisional dapat dihidupkan kembali di ruang kelas yang kini serba digital.
Tak hanya membahas struktur bahasa, para guru juga menggali kembali legenda, pantun, dan istilah khas yang hampir terlupa. Semuanya akan dituangkan dalam bentuk modul interaktif yang dirancang agar mudah dipahami siswa dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Meski beberapa peserta datang dari wilayah yang jauh, semangat mereka tetap menyala. Diskusi berjalan intens, ide mengalir tanpa henti — seolah mereka sadar bahwa inilah momentum penting: bahasa Kutai sedang dipersiapkan untuk menembus masa depan.
“Bahasa Kutai bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga identitas dan kebanggaan,” lanjut Aini. “Melalui pendidikan dasar, kita memastikan ia tidak hilang ditelan zaman.”
Workshop ini akan berlanjut hingga tahap finalisasi dan produksi modul. Rencananya, modul tersebut akan mulai digunakan secara serentak di tahun ajaran berikutnya.
Lewat program ini, Disdikbud Kutai Kartanegara menegaskan komitmennya untuk menjadikan Bahasa Kutai bukan hanya warisan, tapi juga bagian hidup dari generasi digital Kukar.
Bahasa yang diajarkan hari ini, adalah identitas yang akan bertahan esok hari. (adv)