Berita Terbaru

Perjuangan Haikal Pasca-Amputasi: Santri Ponpes Al Khoziny Itu Jalani Pemulihan Menunjang Kinerja Pemda, Satpol PP Kukar Dilatih Kombinasikan Ketegasan dan Negosiasi Massa “Dari Tenggarong ke Nusantara: Kukar Siapkan Arah Baru Pembangunan Berkelanjutan”
Museum Kayu Kutai Kartanegara bersiap tampil dengan wajah baru – menghadirkan Rumah Adat Kutai sebagai ruang hidup yang menghubungkan warisan leluhur dengan pembelajaran masa depan.

Tenggarong – Bayangkan sebuah museum yang bukan hanya menyimpan benda lama di balik kaca, tetapi menjadi ruang hidup tempat pengunjung bisa merasakan denyut budaya masa lalu. Itulah visi baru yang tengah disiapkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara.

Di kawasan Museum Kayu Tenggarong, Disdikbud Kukar berencana menghadirkan Rumah Adat Kutai—bukan sekadar replika arsitektur tradisional, melainkan sebuah living gallery yang akan menghubungkan warisan leluhur dengan teknologi dan pembelajaran masa depan.

Langkah ini dirancang sebagai inovasi strategis untuk memperkuat identitas kultural masyarakat Kukar melalui pengalaman langsung. Dalam rumah adat nanti, pengunjung akan diajak berinteraksi, menjelajah ruang, serta memahami filosofi yang tersimpan dalam bentuk, bahan, dan tata letak rumah khas Kutai.

Menurut M. Saidar, Pamong Budaya Ahli Muda Bidang Cagar Budaya dan Permuseuman Disdikbud Kukar, pembangunan ini bukan hanya proyek fisik, tetapi juga gerakan kebudayaan yang menandai kebangkitan kesadaran lokal.

“Kami ingin masyarakat tidak hanya melihat, tetapi ikut hidup bersama nilai-nilai budayanya. Rumah adat ini adalah wujud konkret dari semangat itu,” ujarnya.

Rumah adat tersebut nantinya akan menjadi titik sentral kawasan edukasi budaya di Tenggarong. Tidak hanya menampilkan arsitektur khas, ruang ini juga akan dipadukan dengan program seni, pertunjukan interaktif, hingga kegiatan belajar lintas generasi yang memanfaatkan teknologi digital.

Meski lokasi Museum Kayu saat ini berada di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata, sinergi antarlembaga telah dibangun. Kolaborasi ini diharapkan melahirkan wajah baru museum yang dinamis — tempat di mana sejarah, kreativitas, dan edukasi berjalan berdampingan.

Disdikbud Kukar menegaskan bahwa rumah adat ini akan menjadi ruang “bernapas” bagi kebudayaan Kutai. Koleksi benda tetap penting, namun pengalaman ruang diyakini lebih kuat dalam menghidupkan kesadaran akan jati diri lokal.

“Budaya tidak berhenti di masa lalu. Ia tumbuh bersama masyarakat yang mau menjaga dan merayakannya,” tambah Saidar.

Di masa depan, rumah adat ini diharapkan menjadi pusat aktivitas budaya, dari pementasan kesenian tradisional, lokakarya kreatif, hingga festival budaya daerah. Lebih dari sekadar bangunan, ia akan menjadi simbol keberlanjutan — bukti bahwa budaya Kutai tidak membeku di museum, melainkan terus hidup di hati dan ruang publik masyarakatnya.

Rumah adat ini bukan sekadar tempat untuk dilihat, tetapi ruang untuk merasakan kembali siapa kita sebagai anak budaya Kutai. (adv)