Berita Terbaru

Perjuangan Haikal Pasca-Amputasi: Santri Ponpes Al Khoziny Itu Jalani Pemulihan Menunjang Kinerja Pemda, Satpol PP Kukar Dilatih Kombinasikan Ketegasan dan Negosiasi Massa “Dari Tenggarong ke Nusantara: Kukar Siapkan Arah Baru Pembangunan Berkelanjutan”
Kabid SDA PU Kukar Awang Agus

TENGGARONG-Proyek Embung Kukar dengan luas 4 hektar di Kelurahan Bukit Biru ditunda sementara, demi kualitas dan keamanan jangka panjang. Kendati kebutuhan akan sumber air baku yang andal di Kukar mendesak, namun Dinas PU Kukar memilih menunda pembangunan fisik embung baru pada tahun anggaran 2025. Penundaan ini diakui demi merapikan dokumen lingkungan, pembebasan lahan, dan memastikan Detail Desain (DED) benar-benar siap. Strategi ini, meski memundurkan target Embung Bukit Biru ke 2026, ditujukan agar proyek konservasi air ini mampu bertahan hingga 50 tahun ke depan.

“Kami berpegang pada prinsip bahwa proyek embung harus tuntas dan berkualitas. Ada sejumlah kendala teknis tahun ini, mulai dari pengadaan lahan hingga finalisasi desain rinci, yang menyebabkan konstruksi belum bisa kami mulai secara optimal,” ungkap Kepala Bidang SDA Dinas PU Kukar, Awang Agus, menegaskan bahwa penundaan ini adalah bagian dari kehati-hatian teknis.

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2021-2026 pembangunan 100 embung, tetapi tidak semuanya dikerjakan PU. “Skala besar kami tangani (PU) skala kecil jadi ranah sektor dinas pertanian, dinas perkebunan. Prinsipnya, satu desa satu tampungan air agar petani tidak lagi tergantung hujan,” jelasnya.

PU Kukar membuktikan efektivitas embung “skala raksasa” melalui suksesnya dua tampungan di Cipari di Kecamatan Muara Kaman yang kini berfungsi sebagai kolam retensi banjir sekaligus pemasok air irigasi saat musim kering. Berangkat dari keberhasilan ini, Kukar menargetkan pembangunan seratus embung dengan pembagian skala: PU menangani skala besar (multifungsi dan menampung limpasan desa) dan Dinas Pertanian menggarap skala kecil (khusus melayani areal sawah 25–50 hektare).

“Kita punya bukti nyata di Embung Cipari. Kapasitasnya yang besar terbukti mampu menurunkan dampak banjir secara signifikan dan di sisi lain, menjadi penopang air bagi irigasi saat cuaca kering,” terangnya, sambil merujuk proyek tersebut sebagai standar. (adv)