
TENGGARONG – Desa Batuq, Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), tengah menyiapkan langkah besar menuju desa bersih dan sehat. Melalui program pengelolaan sampah terpadu yang masuk dalam APBDes Perubahan 2025, pemerintah desa berkomitmen membangun sistem penanganan sampah yang lebih terencana, efisien, dan berkelanjutan.
Kepala Desa Batuq, Suwandi, menuturkan bahwa permasalahan sampah selama ini menjadi perhatian serius karena berdampak langsung pada kesehatan masyarakat dan kebersihan lingkungan. Ia menegaskan bahwa pengelolaan sampah tidak bisa lagi dilakukan secara sporadis, melainkan harus memiliki arah yang jelas dan berkelanjutan.
“Kami ingin menjadikan Desa Batuq sebagai contoh desa yang peduli lingkungan. Karena bagi kami, kebersihan bukan hanya soal estetika, tapi juga soal kesehatan dan tanggung jawab bersama,” ujarnya pada Minggu (3 November 2025).
Langkah pertama yang akan dilakukan adalah pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang dirancang sebagai pusat pemilahan dan pengolahan sampah skala desa. Rencana ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang agar pengelolaan sampah tidak lagi bergantung pada pihak luar.
“TPA ini akan menjadi titik penting untuk mengurai persoalan sampah yang selama ini menumpuk. Kami ingin masalah ini diselesaikan dari hulu ke hilir, bukan hanya sekadar memindahkan lokasi pembuangan,” jelas Suwandi.
Untuk mewujudkan rencana tersebut, pemerintah desa telah menyiapkan alokasi dana dari berbagai sumber, termasuk bantuan dari pemerintah provinsi dan dukungan mitra pembangunan lingkungan. Suwandi menyebut bahwa sinergi lintas pihak menjadi kunci agar program ini tidak hanya berjalan di atas kertas.
Selain membangun TPA, Pemdes Batuq juga akan melengkapi sarana pengangkutan sampah dengan kendaraan roda tiga merek Viar yang dapat menjangkau permukiman warga di wilayah yang sulit diakses. Kehadiran armada ini diharapkan membuat proses pengumpulan dan pengantaran sampah ke TPA menjadi lebih cepat dan efisien.
“Dengan kendaraan ini, sistem pengangkutan akan jauh lebih tertib. Petugas tidak perlu lagi kesulitan menjangkau area padat penduduk,” tambahnya.
Namun, Suwandi menegaskan bahwa keberhasilan program pengelolaan sampah tidak hanya bergantung pada infrastruktur, tetapi juga pada perubahan perilaku masyarakat. Karena itu, desa juga menyiapkan kampanye edukatif yang melibatkan karang taruna, PKK, dan lembaga adat untuk mengajak warga memilah sampah sejak dari rumah.
“Pemerintah bisa menyiapkan fasilitas, tapi tanpa kesadaran warga, hasilnya tidak akan maksimal. Jadi, kami ingin masyarakat benar-benar merasa memiliki program ini,” tegasnya.
Melalui program ini, pemerintah desa berharap bisa membangun budaya baru dalam mengelola lingkungan — dari yang semula membuang menjadi mengolah, dari yang pasif menjadi peduli. Di masa depan, Pemdes Batuq juga berencana mengembangkan konsep bank sampah sebagai wadah ekonomi sirkular, di mana sampah yang terpilah dapat bernilai ekonomi bagi masyarakat.
“Kami sudah melihat beberapa contoh sukses di desa lain. Sampah plastik bisa dijual, organik bisa dijadikan kompos, dan hasilnya bisa menambah pendapatan warga,” ujar Suwandi penuh optimisme.
Ia pun mengajak seluruh warga untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita Desa Batuq yang bersih, nyaman, dan sehat. Menurutnya, menjaga lingkungan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab seluruh masyarakat.
“Desa ini rumah kita bersama. Kalau ingin nyaman ditinggali, mari kita rawat bersama pula. Program ini bukan sekadar proyek, tapi gerakan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik,” tutupnya. (adv)
