
TENGGARONG – Upaya Pemerintah Desa Kersik, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, untuk menghidupkan kembali Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) hingga kini masih menemui jalan buntu. Meski peluang usaha terbuka lebar, tak satu pun warga mendaftar saat rekrutmen pengurus dibuka, membuat BUMDes tetap vakum selama beberapa tahun terakhir.
Kepala Desa Kersik, Jumadi, mengatakan bahwa rekrutmen pengurus telah diumumkan secara terbuka, namun tidak ada warga yang bersedia mengambil peran. Kondisi tersebut membuat desa belum dapat menggerakkan unit usaha apa pun di bawah BUMDes.
“Pendaftaran sudah kita buka, tapi sampai sekarang tidak ada yang mendaftar. SDM kami masih lemah terutama dalam urusan administrasi,” ujar Jumadi, Rabu (12/11/2025).
Ia menjelaskan, sebagian besar warga lebih memilih pekerjaan yang menawarkan gaji tetap setiap bulan. Sementara BUMDes berbasis pada sistem usaha dan bagi hasil, sehingga membutuhkan waktu untuk bisa menghasilkan pendapatan.
“Masyarakat cenderung ingin yang gajian. Padahal BUMDes itu harus dikelola dulu baru ada hasilnya,” katanya.
BUMDes Kersik sebenarnya pernah berjalan, bahkan sempat bekerja sama dengan perusahaan PHKT dalam pengelolaan buah lokal. Namun, kerja sama tersebut hanya berlangsung setahun karena laporan keuangan tidak memenuhi standar yang diwajibkan.
“Setelah saya periksa, laporannya tidak sesuai standar akuntansi. Saya hentikan karena berisiko jika diteruskan,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa BUMDes wajib memiliki pengurus yang mampu menjalankan tata kelola usaha secara profesional, mulai dari akuntansi, manajemen, pemasaran, hingga pemahaman regulasi. Sebab lembaga ini akan diaudit secara berkala dan bertanggung jawab mengelola aset desa.
“Kami tidak mau memaksakan BUMDes berjalan tanpa SDM yang kompeten. Risikonya terlalu besar,” tegasnya.
Padahal, menurut Jumadi, potensi ekonomi Desa Kersik cukup menjanjikan. Mulai dari sektor perikanan, pertanian, hingga UMKM dinilai bisa berkembang pesat jika digarap dengan perencanaan usaha yang matang.
“Potensi ada, banyak malah. Cuma belum ada orang yang benar-benar siap mengelola. Ini yang terus kami dorong,” tutupnya. (adv)
