
KUTAI KARTANEGARA – Masuk ke Desa Purwajaya di Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara, kini hampir sama seperti memasuki sentra agribisnis modern. Sejak tiga tahun terakhir, desa yang sebelumnya dikenal sebagai kawasan pemukiman biasa itu bertransformasi menjadi produsen utama sayur segar untuk wilayah Loa Janan dan daerah sekitarnya.
Tidak sulit menemukan bukti geliat ekonomi baru tersebut. Setiap pagi, jalur utama desa ramai oleh lalu lintas motor dan mobil bak terbuka yang membawa hasil panen cabai, tomat, dan aneka sayuran daun. Komoditas itu langsung didistribusikan ke pasar tradisional maupun pengepul besar. Para pedagang bahkan menyebut Purwajaya sebagai “lumbung sayur” Loa Janan karena lebih dari separuh kebutuhan sayuran lokal dipenuhi dari desa ini.
Kepala Desa Purwajaya, Adi Sucipto, mengatakan bahwa perubahan besar yang terjadi bukanlah prestasi pemerintah desa semata, tetapi hasil kegigihan warga yang mulai melihat hortikultura sebagai peluang usaha berkelanjutan.
“Yang membuat Purwajaya berkembang adalah kerja keras masyarakatnya sendiri. Mereka mengelola lahan setiap hari dengan semangat yang luar biasa,” ujar Adi, Kamis (6/11/2025).
Untuk memperkuat potensi tersebut, pemerintah desa memilih fokus pada pembangunan ekonomi berbasis hortikultura. Lahan-lahan tidur milik perusahaan sekitar Loa Janan didorong untuk dimanfaatkan melalui pola kemitraan. Hasilnya, area pertanian produktif semakin meluas tiap tahun.
Sinergi dengan instansi pemerintah pun memberi angin segar. Dinas Ketahanan Pangan telah melakukan uji tanam jagung di lahan seluas lima hektare dan memperoleh panen memuaskan. Sementara Dinas Pertanian dan Peternakan rutin turun ke lapangan memberikan bimbingan tentang teknik budidaya ramah lingkungan serta manajemen pascapanen.
Adi menyebut sektor hortikultura memiliki dampak lebih dari sekadar peningkatan pendapatan.
“Kemandirian pangan adalah fondasi kesejahteraan. Ketika sayur dan bahan makanan tersedia di desa, perputaran ekonomi pun terjadi di sini,” jelasnya.
Pemerintah desa kini memprioritaskan peningkatan infrastruktur pertanian, termasuk perbaikan jalan produksi dan fasilitas penyimpanan hasil panen. Langkah ini diharapkan meminimalisasi kerusakan komoditas sekaligus meningkatkan nilai jual saat dikirim ke pasar.
“Akses yang baik akan mempercepat distribusi, menjaga kualitas, dan otomatis menaikkan kesejahteraan petani,” tutup Adi.
Dengan strategi pembangunan yang terarah serta dukungan penuh masyarakat, Purwajaya perlahan menjadi contoh bahwa desa dapat mandiri dan tumbuh melalui sektor pertanian berbasis hortikultura—sebuah model yang patut ditiru daerah lain. (adv)
