
Kota Bangun – Kutai Kartanegara – Pembangunan kolam embung di Desa Muhuran, Kecamatan Kota Bangun, mulai menunjukkan manfaat besar bagi masyarakat. Embung yang tadinya direncanakan sebagai sumber air sekaligus berfungsi sebagai kolam jebak ikan itu kini menjadi sumber panen ikan dalam jumlah tak terduga, bahkan mencapai berton-ton setiap kali surut.
Embung tersebut dibangun dengan ukuran cukup besar: panjang sekitar 1 kilometer, lebar 4 meter, dan kedalaman mencapai 4 meter. Fungsinya sederhana, namun efektif. Setiap kali Sungai Mahakam meluap dan merendam kawasan rawa gambut selama berminggu-minggu, air yang menggenang membawa serta berbagai jenis ikan ke area embung. Ketika air surut, ikan-ikan itu terperangkap dan berkumpul dalam jumlah sangat banyak.
Sekretaris Desa Muhuran, Kasdiannor, mengatakan bahwa manfaat ini baru benar-benar disadari warga setelah embung digunakan beberapa waktu.
“Saat air Sungai Mahakam naik (banjir), kawasan rawa ini terendam berminggu-minggu. Nah, kami baru menyadari juga saat air surut, ternyata isi kolam itu kalau panen ikannya berton-ton,” ungkapnya pada (21/11/2025).
Yang menarik, konsep kolam jebak ini awalnya muncul dari inisiatif sederhana salah seorang warga. Dengan peralatan seadanya, bahkan hanya menggunakan cangkul, ia membuat kolam kecil yang ternyata mampu menjebak ikan dalam jumlah lumayan. Melihat potensi itu, UPTD KPHP Sub DAS Belayan kemudian memfasilitasi pembangunan embung yang jauh lebih besar dan lebih layak.
Untuk memanen ikan, warga menggunakan trol—jaring berukuran panjang 15 meter dan lebar 4 meter. Prosesnya juga cukup mudah.
“Jaring itu direndam dengan kedalaman 1–2 meter saja. Saat diamati, ikan selalu mengambil oksigen ke permukaan. Tunggu 1–2 jam, saat jaring trol ditarik, banyak sekali ikan yang bisa dipanen,” jelas Kasdiannor.

Ikan hasil panen pun berukuran besar. Bahkan, ikan haruan atau gabus ditemukan sebesar kaki orang dewasa. Selain gabus, terdapat pula ikan biawan, puyu, lais, dan berbagai jenis ikan rawa lainnya.
Karena jumlah panennya yang sangat melimpah, warga memilih membagikan sebagian hasil tangkapan ke masyarakat, terutama saat harga ikan sedang rendah.
“Kolam jebak ini kalau panen melimpah, kami bagi-bagi saja ke masyarakat karena harga seperti biawan hanya seribu rupiah per kilo. Kami jual saat harga naik, dan itu pun secukupnya saja,” terangnya.
Embung Muhuran kini bukan hanya menjadi infrastruktur pengendali air, tetapi juga sumber ekonomi baru bagi warga. Panen ikan yang melimpah membuka peluang usaha perikanan, meningkatkan ketersediaan pangan, dan menggerakkan roda ekonomi lokal—semua berawal dari ide kecil seorang warga yang melihat peluang di tengah banjir tahunan. (adv)
