
TENGGARONG SEBERANG — Meskipun sektor wisata di Desa Loa Ulung, Kecamatan Tenggarong Seberang, terus berkembang, peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam pengelolaan destinasi masih terbatas. Hingga kini, operasional wisata sepenuhnya dijalankan oleh masyarakat secara mandiri, sementara BUMDes bergerak di bidang jasa penyewaan perlengkapan kegiatan.
Kepala Desa Loa Ulung, Hermi Kuaria, menegaskan bahwa BUMDes belum masuk ke struktur resmi pengelolaan sektor wisata, sehingga keterlibatannya lebih bersifat tidak langsung.
“Kalau BUMDes artinya tidak masuk secara sah, tidak masuk ke situ,” ujarnya saat ditemui Kamis (20/11/2025).

BUMDes Loa Ulung saat ini berfokus pada unit usaha jasa, termasuk penyewaan tenda, kursi, tarup, dan kendaraan angkut. Aktivitas ini memberikan pemasukan rutin, meski jumlahnya relatif kecil, sekitar tiga hingga empat juta rupiah per tahun setelah potongan.
“Dia tidak banyak, setiap tahunnya bergulir antara tiga sampai empat juta saja. Itu sudah bersih setelah potongan,” jelas Hermi.
Meski begitu, BUMDes tetap merasakan dampak positif dari maraknya kegiatan wisata. Ketika ada acara masyarakat yang digelar di lokasi-lokasi wisata, BUMDes biasanya menerima pesanan peralatan, sehingga usaha tetap berjalan.
“Kalau memang ada acara-acara di daerah wisata, maka kami kerja sama dengan tendanya, dengan kursinya,” katanya.
Pemerintah desa berharap ke depan BUMDes dapat memperluas peranannya, terutama jika status aset wisata sudah jelas dan legal. Dengan pengelolaan yang lebih profesional, potensi ekonomi desa diyakini dapat meningkat secara signifikan, sekaligus membuka peluang bagi warga untuk berpartisipasi lebih aktif.
Dengan kondisi saat ini, Loa Ulung berada pada titik penting: sektor wisata tumbuh mandiri, sementara BUMDes memiliki peluang untuk lebih terlibat dan meningkatkan kontribusi terhadap ekonomi lokal. (adv)
