Berita Terbaru

“Hadirnya PT KAJ di Persidangan Kedua: Sinyal Terangnya Jalan Menuju Inti Sengketa Lahan Suka Bumi” Tunggakan Retribusi Pasar di Kukar Capai Rp12 Miliar, Terjadi Sejak 2017 KIKA Sebut Banjir Sumatera sebagai “Bencana Kebijakan”, Desak Pemerintah Utamakan Sains dan Hentikan Proyek Nonprioritas
Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin, menghadiri Festival Kampong Tuha Tepengo di Desa Lebak Mantan. Kehadiran beliau menjadi simbol penghormatan terhadap warisan budaya dan tradisi lokal. (Dok. Disdikbud Kukar)

TENGGARONG –  Pendidikan bukan sekadar soal teori di ruang kelas. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) membuktikan hal itu melalui langkah nyata menghadirkan pembelajaran berbasis budaya di tengah masyarakat. Salah satu wujud konkretnya terlihat dalam Festival Kampong Tuha Tepengo, yang digelar di Desa Lebak Mantan pada Senin (2/6/2025), bertepatan dengan peringatan Hari Jadi ke-120 desa tersebut.

Kegiatan ini menjadi sorotan karena bukan hanya menampilkan kemeriahan budaya, tetapi juga menghadirkan pendekatan belajar kontekstual bagi para pelajar. Melalui kolaborasi antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah daerah, suasana festival berubah menjadi ruang kelas terbuka

Kepala Disdikbud Kukar Thauhid Afrilian Noor hadir langsung dalam kegiatan tersebut dan menegaskan bahwa pendidikan sejatinya dapat tumbuh dari akar budaya lokal. Ia menilai kegiatan semacam ini menjadi cara efektif membangun karakter, mengenalkan sejarah, sekaligus menanamkan rasa cinta daerah.

“Anak-anak tidak hanya menonton, mereka terlibat langsung, berinteraksi, dan belajar dari pengalaman nyata. Nilai-nilai gotong royong, kerja sama, dan hormat terhadap tradisi inilah yang membentuk karakter mereka,” ujar Thauhid dengan penuh semangat.

Festival bertema “Nuju Suaka Beadat” ini menyuguhkan beragam kegiatan partisipatif seperti lomba olahraga tradisional, pentas seni budaya, hingga drama sejarah desa yang seluruhnya dimainkan oleh pelajar setempat. Dengan begitu, pembelajaran tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga dalam kehidupan sosial masyarakat.

Kepala Desa Lebak Mantan, Satibi Yusuf, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan penuh Disdikbud Kukar. Menurutnya, kehadiran langsung Kepala Dinas menjadi bukti nyata komitmen pemerintah daerah dalam memperkuat pendidikan berbasis budaya.

“Sinergi ini bukan hanya memperkuat tradisi, tapi juga membangkitkan semangat generasi muda untuk mengenal jati diri daerahnya,” ungkap Satibi.

Tak hanya warga desa yang antusias, para guru dan pelajar juga ikut menjadikan festival ini sebagai wahana pembelajaran lintas generasi. Nilai-nilai yang diwariskan lewat seni dan adat menjadi materi hidup yang tak tertulis di buku pelajaran.

Momen puncak acara semakin khidmat dengan hadirnya Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin, yang secara resmi mengukuhkan Hari Jadi ke-120 Desa Lebak Mantan. Dalam prosesi adat tersebut, Thauhid turut mendampingi sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur.

Bagi Disdikbud Kukar, kegiatan seperti Festival Kampong Tuha Tepengo bukan sekadar pelestarian budaya, melainkan model pembelajaran berbasis karakter dan kearifan lokal.

Dengan pendekatan ini, Kutai Kartanegara menegaskan diri sebagai daerah yang mampu menghadirkan pendidikan yang membumi, berkarakter, dan tetap relevan dengan tantangan zaman.

Melalui festival budaya seperti Kampong Tuha Tepengo, Disdikbud Kukar berkomitmen mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam dunia pendidikan secara menyenangkan dan interaktif. Langkah ini sekaligus memperkuat identitas daerah di tengah derasnya arus globalisasi.

Pendidikan kini tidak lagi terbatas pada papan tulis dan buku pelajaran di Kukar, belajar bisa dimulai dari panggung budaya, permainan tradisional, hingga kisah sejarah yang hidup dalam masyarakat. (adv)