
TENGGARONG – Kutai Kartanegara (Kukar) dikenal sebagai salah satu daerah yang kaya akan peninggalan sejarah dan budaya. Namun, sebagian besar situs bersejarah yang tersebar di kecamatan seperti Muara Kaman, Anggana, Sangasanga, Loa Kulu, hingga Tenggarong masih belum sepenuhnya tergali atau terinventarisasi secara resmi.
M. Saidar, Pamong Budaya Ahli Muda di bidang Cagar Budaya dan Permuseuman Disdikbud Kukar, menegaskan bahwa daerah ini menyimpan sejarah kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Banyak benda purbakala dan situs yang berpotensi menjadi warisan budaya belum tersentuh dan masih berada di tanah maupun di tangan masyarakat.
“Kami terus melakukan pencarian dan pendataan agar situs-situs ini dapat diamankan serta dilestarikan melalui Balai Pelestarian Kebudayaan,” ujar Saidar.
Hingga saat ini, sejumlah temuan sudah berhasil diidentifikasi, seperti peninggalan Belanda berupa bangunan sekolah di Sebulu dan lonceng tua yang belum tercatat resmi. Namun, ia memperkirakan masih terdapat ratusan situs lain yang belum tergali. Keterbatasan peralatan membuat upaya investigasi belum optimal.
“Kami sangat membutuhkan dukungan masyarakat. Setiap penemuan benda purbakala atau cagar budaya harus segera dilaporkan ke instansi terkait agar dapat dilestarikan,” tambahnya.
Camat Muara Kaman, Berliang, menambahkan bahwa wilayahnya memiliki potensi sejarah yang signifikan, termasuk Lesong Batu, yang hingga kini dirawat oleh masyarakat setempat. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah kabupaten, dan provinsi untuk melestarikan situs-situs yang belum tergali.
“Jika dikelola dengan baik, potensi situs bersejarah dapat menjadi daya tarik wisata sejarah yang unggul di Kukar,” jelas Berliang.
Melalui sinergi antara pemerintah dan masyarakat, Kukar memiliki peluang besar tidak hanya untuk menjaga warisan budaya, tetapi juga mengangkat nilai sejarahnya sebagai destinasi wisata edukatif yang bisa dinikmati generasi sekarang dan mendatang. (adv)
