
TENGGARONG-Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara mulai menyiapkan strategi menghadapi Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Provinsi Kalimantan Timur tahun 2025.
Peserta terbaik dari babak penyisihan di tingkat kabupaten akan mendapat pembinaan khusus sebelum berlaga di ajang provinsi. Langkah ini ditempuh agar mereka mampu bersaing dengan perwakilan dari kabupaten dan kota lain di Kaltim.
Festival bahasa tersebut sebelumnya diikuti sebanyak 280 peserta yang berasal dari jenjang SD dan SMP se-Kukar. Dari ratusan peserta itu, hanya beberapa nama yang berhasil meraih gelar juara sekaligus mengantongi tiket untuk mewakili daerah di tingkat provinsi.
Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo, menyampaikan pihaknya menyiapkan pendampingan intensif agar anak-anak yang lolos dapat tampil maksimal.
Proses pembinaan akan dilakukan bersama guru pendamping dan tim panitia dengan menitikberatkan pada kualitas penampilan dan kepercayaan diri peserta.
“Anak-anak yang lolos ke tingkat provinsi tentu harus disiapkan lebih baik. Mereka akan dibina, didampingi, dan dilatih agar tampil percaya diri dan bisa mengharumkan nama Kukar di Kalimantan Timur,” ujarnya, Sabtu, 6 September 2025.
Puji menekankan FTBI tidak sekadar kompetisi, melainkan sebuah gerakan kebudayaan yang memberi ruang bagi generasi muda untuk kembali menumbuhkan rasa bangga terhadap bahasa daerah.
Ia menilai, derasnya arus globalisasi membawa tantangan serius karena semakin banyak anak muda yang meninggalkan bahasa ibu dalam kesehariannya.
“Setiap tahun ada bahasa daerah yang hilang. Ini alarm bagi kita semua. Karena itu, anak-anak perlu terus didorong agar tidak malu menggunakan bahasa daerahnya, baik di lingkungan sekolah maupun keluarga,” tuturnya.
Menurut Puji, fenomena berkurangnya penggunaan bahasa daerah tidak bisa hanya disikapi dengan seruan, tetapi perlu langkah nyata dan berkesinambungan. FTBI yang digagas Kemendikbudristek dan diselenggarakan secara berjenjang dari tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional menjadi salah satu strategi yang dinilai tepat.
Selain menaruh harapan pada para juara, Puji juga memberi apresiasi kepada peserta yang belum berhasil meraih gelar. Ia menilai seluruh peserta sudah menunjukkan komitmen tinggi dalam upaya melestarikan bahasa ibu, sehingga keikutsertaan mereka tetap memiliki makna penting bagi kebudayaan daerah.
“Tidak semua harus juara, tapi semua peserta sudah berkontribusi menjaga bahasa ibu. Itu kebanggaan tersendiri bagi Kukar,” imbuhnya.
Dengan persiapan yang matang, Disdikbud Kukar optimistis para wakil daerah ini mampu bersaing dengan peserta dari kabupaten dan kota lain di Kalimantan Timur.
Lebih jauh, festival ini diharapkan dapat melahirkan generasi muda yang peduli, bangga, dan aktif melestarikan bahasa daerah sebagai identitas budaya bangsa. (adv/mat)