Berita Terbaru

Muara Muntai Ilir Bentuk Kawasan Bebas Buta Huruf Hijaiyah Lewat GEMA Mengaji di Setiap RT Festival Batu Bumbun Jadi Panggung UMKM Muara Muntai Ilir Tumbuh dan Dikenal Luas Festival Batu Bumbun Dorong Ekonomi Warga dan Lestarikan Budaya Muara Muntai
foto ilustrasi

KOTA BANGUN IIIKUTAI KARTANEGARA -Ketahanan pangan di Desa Kota Bangun III kini berdiri di atas fondasi kreativitas masyarakatnya. Bukan hanya sawah yang menjadi tumpuan, tetapi ide-ide segar dari anak muda dan tangan terampil para perempuan yang mengolah potensi lokal menjadi kekuatan baru desa.

Kepala Desa Kota Bangun III, Lilik Hendrawanto, mendorong pemahaman lebih luas terkait pangan. Ia melihat sektor pertanian modern berbasis hidroponik dan pengembangan tanaman rosella mampu mengubah wajah perekonomian masyarakat.

“Setiap desa punya keunggulannya sendiri. Di sini, anak muda mulai bergerak dengan pertanian hidroponik seperti pakcoy dan sawi. Mereka tergabung dalam Kelompok Agro Grain Mandiri dan semangatnya luar biasa,” ujar Lilik, 21 September 2025.

Kelompok Agro Grain Mandiri menjadi motor inovasi pertanian ramah lingkungan yang menjanjikan hasil cepat dan lebih higienis. Program tersebut juga mendapat dukungan PT Gunung Bayan Pratama, yang ikut memperkuat pengembangan fasilitas dan kepercayaan diri kelompok.

Tidak hanya pemuda yang mengambil panggung. Perempuan Desa Kota Bangun III juga hadir sebagai pemain utama melalui Kelompok Wanita Tani (KWT). Mereka mengembangkan budidaya rosella, tanaman herbal bernilai jual tinggi yang kini menjadi kebanggaan desa.

Rosella yang diolah menjadi teh, sirup hingga manisan sudah dipasarkan sebagai suvenir khas Kota Bangun III. Keberhasilan ini sekaligus membuka ruang ekonomi baru bagi ibu-ibu rumah tangga.

“Rosella ini sudah mulai dikenal. Selain sehat, nilainya di pasaran sangat baik,” tutur Lilik.

Pemerintah desa memastikan dukungan berkelanjutan, mulai dari peningkatan kualitas produk, desain kemasan hingga perluasan jalur pemasaran. Targetnya jelas, rosella menjadi ikon lokal yang mampu bersaing di pasar lebih luas.

Lilik menegaskan bahwa ketahanan pangan tidak hanya berbicara produksi, tetapi bagaimana masyarakat bisa mandiri dan berdaya melalui potensi yang dimiliki.

“Dengan hidroponik dari pemuda dan rosella dari ibu-ibu, kita ingin menunjukkan bahwa ketahanan pangan bisa terwujud dari kebersamaan dan inovasi,” tegasnya.

Kota Bangun III kini membuktikan bahwa masa depan pangan bisa dimulai dari langkah sederhana yang dikerjakan bersama, namun berdampak besar bagi kesejahteraan desa. (adv)