Berita Terbaru

Muara Muntai Ilir Bentuk Kawasan Bebas Buta Huruf Hijaiyah Lewat GEMA Mengaji di Setiap RT Festival Batu Bumbun Jadi Panggung UMKM Muara Muntai Ilir Tumbuh dan Dikenal Luas Festival Batu Bumbun Dorong Ekonomi Warga dan Lestarikan Budaya Muara Muntai
Kades Sumber Sari Sutarno

TENGGARONG – Produksi padi yang stabil dua kali setahun membuat Desa Sumber Sari di Loa Kulu tampil “mantapkan diri” sebagai salah satu pilar ketahanan pangan Kutai Kartanegara. “Padi adalah nadi ekonomi kami,” ucap Kepala Desa Sumber Sari, Sutarno, menggambarkan bagaimana pertanian menjadi kehidupan utama warganya pada (28/10/2025)

Desa Sumber Sari menegaskan posisi pentingnya sebagai penopang ketahanan pangan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dengan luas lahan produktif 318 hektare, para petani mampu memanen dua kali dalam setahun, menghasilkan sekitar 1.000 ton gabah setiap musim.

Produktivitas itu bukan saja menjaga kebutuhan pangan, tetapi juga menggerakkan putaran ekonomi desa. Rata-rata hasil 4,5 ton per hektare, ditambah harga gabah yang mencapai Rp300.000 per kuintal, membuat nilai ekonomi panen miliaran rupiah mengalir ke masyarakat setiap musim.

Warga di desa ini sudah lama memegang kendali penuh atas hasil pertaniannya. Sebanyak tujuh penggilingan padi milik pribadi beroperasi di desa, memberikan keuntungan tambahan bagi petani yang menggiling gabah menjadi beras dan memasarkannya langsung. Aktivitas jual beli kerap dilakukan di pasar mingguan maupun pasar malam di Tenggarong.

“Dengan menjual beras langsung ke konsumen, tentu keuntungan lebih besar dibanding melepas gabah,” ujar Sutarno.

Meski potensi besar itu sudah berjalan, tantangan masih harus dihadapi. BUMDes Sumber Sari hingga kini belum mampu terlibat optimal dalam pemasaran maupun pengolahan hasil pertanian. Pola lama petani yang mengandalkan tengkulak atau jaringan pasar pribadi sudah mengakar kuat.

Pemerintah desa kini mencoba memperluas peran BUMDes, terutama dalam pengembangan produk turunan seperti beras kemasan premium hingga inovasi pangan berbasis hasil pertanian lokal. Upaya itu diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani serta memperkuat ekonomi desa secara kolektif.

Sutarno mengakui perubahan tidak bisa terjadi instan. Diperlukan pendekatan bertahap untuk mengajak petani beralih ke sistem penjualan yang lebih terorganisasi.

“Kami ingin desa makin sejahtera. Jika BUMDes bisa menjadi motor pengelolaan hasil pertanian, manfaatnya akan dirasakan seluruh warga,” tegasnya.

Dengan kekuatan pangan yang sudah terbukti, Sumber Sari kini melangkah untuk naik kelas. Bukan hanya sebagai penghasil gabah, tetapi sebagai desa yang mampu mengelola dan menjual produk pangan bernilai tinggi untuk masa depan yang lebih makmur. (adv)