
TENGGARONG – Pemerintah Desa Muara Muntai Ilir menggelar inovasi pendidikan keagamaan dengan membentuk “Kawasan Bebas Buta Huruf Hijaiyah.” Program ini dijalankan secara bertahap di setiap Rukun Tetangga (RT) melalui gerakan Etam Mengaji (GEMA), dengan target seluruh warga mampu membaca Al-Qur’an.
Kepala Desa Muara Muntai Ilir, Arifadian Nur, mengatakan program ini merupakan adaptasi dari GEMA Mengaji Pemkab Kukar, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat desa. “Tahap awal kami mulai dari dua RT. Tujuannya agar setiap warga, dari anak-anak hingga dewasa, bisa membaca minimal iqro,” ujarnya (6/11).
Program ini menyasar semua kalangan, termasuk ibu rumah tangga dan warga dewasa. Pemerintah desa melakukan pendataan per RT untuk mengetahui siapa saja yang belum bisa membaca Al-Qur’an, kemudian membagi peserta ke kelas dasar, menengah, dan tajwid sesuai kemampuan.
Untuk menunjang kegiatan, pemerintah desa rutin menganggarkan pelatihan bagi guru ngaji agar menguasai metode pengajaran modern dan kurikulum terbaru. Desa juga membangun Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) sebagai pusat pembelajaran, dengan fokus pada peningkatan bacaan tilawah dan tajwid.
“Dengan program ini, kami ingin seluruh masyarakat lebih melek Al-Qur’an, sekaligus membentuk karakter religius di tengah perkembangan zaman,” jelas Arifadian.
Ia menekankan, Kawasan Bebas Buta Huruf Hijaiyah tidak sekadar program membaca, tetapi juga upaya menanamkan nilai spiritual yang kuat sebagai pondasi kehidupan warga desa. “Ini langkah strategis untuk memperkuat identitas religius desa dan menjadikan membaca Al-Qur’an bagian dari aktivitas sehari-hari,” pungkasnya. (adv)
