
TENGGARONG-Ketahanan pangan bukan hanya urusan ketersediaan bahan makanan. Di Kutai Kartanegara (Kukar), isu ini menjadi strategi besar untuk mengangkat ekonomi rakyat desa agar semakin maju dan mandiri. Melalui program-program inovatif, Pemerintah Kabupaten Kukar terus memperkuat potensi lokal yang dimiliki setiap desa.
Komitmen tersebut ditegaskan pada kegiatan Bimbingan Teknis Ketahanan Pangan dan Penguatan Koperasi Desa yang berlangsung di Hotel Grand Elty Tenggarong, Jumat (24/10/2025). Pemerintah daerah ingin memastikan bahwa pembangunan pangan desa tidak sebatas pemenuhan kebutuhan, tetapi benar-benar menghadirkan kesejahteraan.
Sekretaris Daerah Kukar, Sunggono, yang mewakili Bupati Aulia Rahman Basri, menyampaikan bahwa desa harus menjadi pilar utama penggerak ketahanan pangan.
“Apabila desa kuat secara pangan dan ekonomi, maka pembangunan kita akan jauh lebih kokoh,” tegasnya.
Menurutnya, pemerintah pusat telah menetapkan alokasi minimal 20 persen Dana Desa untuk ketahanan pangan sebagai langkah memperkuat desa. Namun, implementasinya harus diarahkan pada program produktif yang memberikan dampak jangka panjang bagi warga.
Sunggono mencontohkan berbagai inisiatif ekonomi desa yang kini mulai berkembang, termasuk koperasi desa yang berfokus pada sektor pertanian.
“Jika koperasi mampu mengelola alat produksi seperti combine harvester, keuntungan akan kembali kepada anggota dan mendorong ekonomi desa,” ujarnya.

Selaras dengan itu, Pemkab Kukar juga mendorong sinergi antara koperasi desa dan BUMDes sebagai motor penggerak produktivitas. Keduanya diharapkan tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi saling melengkapi dalam menciptakan nilai tambah ekonomi.
Program unggulan Pemkab Kukar seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) juga diarahkan memperkuat rantai pasok pangan lokal. Saat ini, 74 dapur MBG melayani ribuan anak setiap hari, sehingga membutuhkan suplai bahan baku dari pelaku usaha desa.
“Ini peluang besar bagi koperasi dan UMKM desa untuk berkembang,” tambah Sunggono.

Sementara itu, Kepala DPMD Kukar, Arianto, menyebut kolaborasi ini sudah mulai terasa manfaatnya. Di Kecamatan Anggana, misalnya, koperasi desa telah terlibat dalam penyediaan bahan baku untuk dapur MBG.
“Langkah sederhana ini menunjukkan bahwa desa mampu menjadi pelaku utama dalam pembangunan ekonomi,” ujarnya.
Arianto berharap semangat kemandirian desa terus tumbuh, terutama dalam memanfaatkan potensi pangan lokal yang selama ini belum dioptimalkan secara maksimal.
Dengan dukungan kebijakan dan pendampingan berkelanjutan, Pemkab Kukar menargetkan seluruh desa mampu bertransformasi menjadi desa mandiri, sejahtera, dan berdaya saing—mewujudkan kesejahteraan rakyat dari desa untuk Indonesia. (adv)
